TEMPO.CO, Jakarta - Remaja butuh tidur malam berkualitas selama 8 hingga 10 jam sehari. Faktanya, kini banyak diantara mereka yang tak mendapatkan hal itu karena selalu membuka gadget sebelum lelap.
Studi Universitas Murdoch dan Universitas Griffith di Australia menunjukkan 80 persen pelajar di kelas 11 atau 3 SMP tetap menggunakan ponsel setelah lampu kamar tidur dimatikan. Penelitian itu dilakukan terhadap 1000 remaja Australia selama lebih dari 4 tahun.
Dr. Lynette Vernon, profesor psikologi yang memimpin penelitian di Universitas Murdoch, mengatakan, “Ponsel telah mengakar di kehidupan pemuda dan kebanyakan dari mereka menggunakannya tanpa batas.”
Penggunaan ponsel menjelang bobo ini dapat mengganggu anak dengan dua cara.
Pertama, lampu terang layar ponsel mengganggu ritme sirkadian atau jam biologis tubuh. Cahaya gelap merangsang tubuh melepas hormon melatonin yang menciptakan rasa kantuk, sedangkan cahaya ponsel menghambatnya sehingga jam biologis tubuh terganggu.
Kedua, pesan-pesan yang diterima ke ponsel pada waktu tidur malam memicu gairah kognitif dan emosional pada otak sehingga otak terus bekerja.
Penggunaan ponsel saat malam ini menyebabkan gangguan tidur yang dampaknya merembet ke masalah depresi, gangguan lainnya. “Pola tidur mereka lebih buruk dan ini berkaitan dengan memburuknya kesehatan, turunnya kemampuan dalam mengatasi masalah, berkurangnya kemampuan menyerap pelajaran, turunnya kepercayaan diri, meningkatnya mood depresi, juga meningkatnya perilaku agresif dan kenakalan,” urai Dr. Vernon yang pernah berprofesi sebagai guru SMA.
Vernon menyarankan agar orang tua dan guru di sekolah bekerja sama melakukan “detoksifikasi digital”. Guru harus lebih peka terhadap gejala-gejala gangguan perilaku remaja yang kemungkinan dipicu penggunaan ponsel secara berlebihan terutama saat malam.