TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan banyak yang membandingkan perbedaan gaya hidup Istri Mark Zuckerberg dengan Anniesa Hasibuan. Sama - sama punya banyak uang, mengapa yang pertama tetap bisa tampil sederhana, sedangkan Anniesa Hasibuan tidak. Paham kaya yang seperti apa dianut Anniesa Hasibuan?
Anggia Chrisanti, konselor dan terapis di Biro Konsultasi Psikologi Westaria kepada Aura mencoba memberitahu definisi sebenarnya dari kaya terlebih dulu.Baca:Di Toko Buku, G-Dragon Habiskan 2 Juta Rupiah Sebelum Konser
"Hidup kaya, definisinya apa? Lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dan bisa membeli atau membayar hal - hal yang harganya atau biasanya di atas keumuman," buka Anggia Chrisanti. "Misal, ketika sebuah tas bagus layak pakai dan pantas dihargai Rp 500 ribu, itu seharusnya sudah cukup. Lalu karena mampu, maka dibelilah barang yang nilainya sama dengan berlebih atau 10 kali lipatnya," sambungnya.
Lebih lanjut Anggia Chrisanti membuat perbandingan, misalnya iuran bulanan sekolah anak. "SPP anak normal di sekolah swasta mungkin seharga Rp 700 - 800 ribu. Lalu merasa mampu dan bisa memasukkan anak di sekolah dengan SPP 10 kali lipatnya yaitu Rp 7 juta," terang Anggia Chrisanti.
Maka melihat Anniesa Hasibuan, rumah yang dimiliki tidak cukup jika hanya bagus, tapi juga harus mewah. Tidak cukup satu mobil, tapi harus dua atau tiga atau berapapun selama masih bisa membelinya. "Setelah kaya lalu apa? Ternyata tidak selesai sampai di situ," kata Anggia Chrisanti.
Ingin lebih kaya dan lebih kaya lagi. Maka secara omset atau penghasilan harus ditunjukkan pula lewat perilaku "di atas orang kaya" yaitu berlebihan.
"Orang - orang inilah yang kemudian biasa dilabeli borju atau bojuis yang kehidupannya didasari hedonisme atau sering disebut hedon," ujar Anggia Chrisanti. Baca:8 Langkah Menyiapkan Resepsi Pernikahan Ramah Lingkungan
Dijelaskan Anggia Chrisanti, jika untuk kepentingan pekerjaan, sebutlah Anda seorang brand ambassador sebuah perusahaan atau untuk kepentingan meeting atau studi banding, atau mungkin keperluan lainnya semisal menengok keluarga yang tinggal di luar negeri, bolehlah satu dua kali dalam sebulan bolak balik ke luar negeri. Namun jika tidak ada kepentingan, sekadar gaya, keren, dan layak disebut orang yang kaya lebih dari kaya, tas pun tidak cukup lagi dengan yang harganya 5 - 10 juta, tapi harus ratusan juta atau bahkan hingga miliaran. Kemudian tidak cuma tas, melainkan juga sepatu, jam tangan, dan lain - lain. Sekali lagi, tidak cuma mahal, tapi harus juga punya dalam jumlah banyak, selama masih mampu.
"Secara psikologis, semakin membutuhkan 'pegangan' yang berupa materi, maka semakin besar luka batinnya," ungkap Anggia Chrisanti. "Orang yang benar kaya seperti Mark Zuckerberg dan istrinya, maka tidak akan segitunya. Jangankan istri Mark, artis Hollywood saja, sehari - harinya sering tertangkap kamera dengan gaya dan pakaian sederhana. Andai mesti bermewah, pasti hanya karena tuntutan atau ada kepentingan," lanjutnya.
Maka pertanyaannya, andai memang sekaya itu, mengapa harus seperti itu?Baca:Sakit Sendi? MInum Jus Sirsak Setiap Pagi, Hindari Kopi
"Sesungguhnya mereka sedang meyakinkan dirinya sendiri bahwa mereka kaya, bahwa mereka mampu, dan orang mesti tahu dan mengakui hal tersebut. Jadi inti dari semua ini adalah pengakuan. Sebuah kebutuhan untuk diakui," pungkas Anggia Chrisanti.