TEMPO.CO, Jakarta - Dokter ahli kedokteran olahraga Michael Triangto mengatakan olahraga akan besar manfaatnya dan kecil risikonya jika dilakukan secara rutin. Tapi jika dilakukan dalam porsi berat, manfaatnya akan berkurang dan risikonya malah meningkat.
Olahraga yang bermanfaat itu, kata Michael, jika memmasang target sekadar menjaga kebugaran. Dan, jika ingin menambah kekuatan, harus dilakukan secara perlahan. "Tubuh manusia bersifat plastis. Kekuatan dan daya tahannya bisa ditingkatkan secara perlahan," kata dia.
Misalnya, seseorang yang berolahraga angkat beban semula hanya mampu mengangkat beban seberat 5 kilogram, dengan latihan teratur, perlahan-lahan akan bisa memikul beban 10 kilogram. Dan, lalu 15 kilogram. "Tapi kalau dari 5 kilogram langsung ke 15 kilogram tidak bisa,” kata dia.
Dia mengingatkan ada titik absolut yang mengancam nyawa jika hal itu diabaikan Menurut dia, setiap orang tahu titik absolut tubuhnya sendiri. Hal itu ditandai dengan kelelahan luar biasa. "Sayangnya, beberapa atlet (saat berlomba) mengabaikan hal itu karena bertekad bertahan hingga akhir."
Hal semacam itu bisa berakibat fatal.
Kondisi lain yang bisa memicu keadaa fatal adalah adalah asupan makanan yang tidak tepat dan kehilangan elektrolit saat berolahraga. “Ketika cairan hilang dengan cepat, tapi tidak ada penggantinya, seseorang rentan terkena serangan jantung,” ucapnya.
Menurut Michael hal semacam itu pernah dialami seorang peserta lomba lari half marathon di Jakarta, beberapa tahun lalu.
DINI PRAMITA