TEMPO.CO, Jakarta - Hari Minggu kemarin, 10 September 2017, disebut sebagai Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia. Tema yang diusung adalah Take a Minute, Change A Life atau Luangkan satu menit, mengubah satu kehidupan. Topiknya selaras dengan tema Hari Kesehatan Sedunia yang sudah digaungkan sejak April 2017, yaitu “Depression: Let’ s Talk”.
Tema tersebut, menurut Psikiater Klinik Psikomatik dr Andri SpKJ FAPM., kembali menekankan fungsi dari mendengarkan dan memahami masalah yang berkaitan dengan depresi dan bunuh diri. “Depresi berhubungan dengan bunuh diri. Upaya bunuh diri, ide melakukan bunuh diri dan rasa ketidakmampuan yang mendorong ke arah pikiran bunuh diri berkaitan dengan diagnosis depresi, “ katanya dalam surat keterangan tertulis pada Tempo 10 September 2017. Baca: Mendengarkan, Kunci Pencegahan Bunuh Diri
Sayangnya, kata Andri tidak banyak orang yang memahami depresi sebagai masalah medis kejiwaan yang berat dan lebih memandangnya sebagai suatu kondisi kesedihan biasa. “Banyak orang juga ketika mendengar orang di sekitarnya mengatakan bahwa dia didiagnosis depresi akan lebih bersikap yang sering kali malah membuat orang dengan depresi menjadi enggan bercerita lebih banyak tentang kondisinya,” ujar Andri sambil menyebutkan bahwa kondisi tersebut terkait stigma atau kurangnya pemahaman tentang depresi itu sendiri.
Bagaimana memahami depresi dengan baik? Ada tiga hal cara memahaminya seperti yang disebutkan Andri. Pertama, informasi yang banyak ditemukan di berbagai media selayaknya menjadi sumber bagi kita untuk memahami lebih baik tentang depresi. Baca: 5 Alasan Mengapa Harus Cuci Rambut di Salon
Kedua, depresi bisa disembuhkan dan bunuh diri bisa dicegah. Ketiga, kunci yang utama adalah empati. “Empati yang mampu membuat kita mendengarkan dengan baik orang-orang terdekat kita yang mengalami depresi walaupun hanya satu menit saja.,” katanya.
SUSAN