TEMPO.CO, Jakarta - Katarak atau kekeruhan pada lensa mata yang dialami anak-anak bisa terjadi karena kelainan bawaan. Atau istilah kedokterannya kongenital. Paling sering terjadi karena ada gangguan pada masa perkembangan janin dalam kandungan. Begitu yang disebutkan spesialis mata lulusan Universitas Gadjah Mada, dr Nur Isnaeni Sp M.
"Katarak pada bayi, salah satu penyebabnya infeksi rubella," ujarnya kepada Tempo.co, Kamis pagi, 14 Agustus 2017. Pada janin, infeksi rubella ini ditularkan melalui ibu yang mengandungnya. Selanjutnya mempengaruhi perkembangan mata pada si janin tersebut.
Baca juga:
Mandi Lebih Baik 1 Kali Sehari, Kapan Waktu yang Pas?
Roti Gandum Bisa Turunkan Risiko Kanker hingga 17 Persen
Jus Bayam, Solusi Mereka yang Gampang Sakit
Pada dasarnya infeksi rubella itu sendiri seperti influenza, bisa kena kepada siapa saja. "Hanya saja, ibu hamil kondisi badannya lebih rentan kalau terkena sakit. Nah saat kecapaian, bertemu orang yang terinfeksi rubella, akhirnya bisa ketularan," kata sosok yang akrab dipanggil Isnen ini.
Pada bayi, perkembangan untuk dapat melihat dengan sempurna terjadi pada tiga bulan setelah dia lahir. Jika tidak ditangani, perkembangan penglihatannya akan terganggu. Jadi, menurut Isnen, kalau ada tanda-tanda katarak pada anak, harus segera dibawa ke rumah sakit untuk ditangani.
"Tindakannya dioperasi kataraknya, jika memungkinkan dipasang lensa pengganti (lensa intra okular). Atau jika tidak, nanti setelah operasi diberikan kacamata sebagai pengganti lensa," katanya. Sebelum operasi, perlu ada persiapan, terutama konsultasi dengan dokter anak dan dokter anestesi mengenai kesiapan pasien untuk operasi.
Hasil tindakan operasi katarak pada bayi ini biasanya baik jika segera ditangani. Lama operasi tergantung dari kondisi dan kesulitan operasi. Pascaoperasi, pasien juga harus kontrol untuk perkembangan penglihatannya.
SUSAN