TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok bayi dan balita rentan terkena dampak rokok. Hal itu diungkapkan dokter spesialis paru dewasa dari Rumah Sakit Persahabatan, Agus Dwi Susanto, pada Kamis, 14 September 2017, di Jakarta.
Cara utama pencegahan akibat asap rokok, menurut Agus, adalah menciptakan lingkungan rumah yang bebas dari asap rokok.
"Kuncinya, di rumah tidak boleh ada rokok," kata Agus seusai diskusi publik yang diselenggarakan Kantor Berita Radio (KBR) di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis, 14 September 2017.
baca juga:
Tramadol juga Tingkatkan Korban Overdosis di Inggris
Zodiak Hari Ini Pengaruhi Emosi, Virgo Hindari Pertengkaran
Mengapa Rokok Menyebabkan Serangan Jantung? Simak Kata Dokter
Tak kalah penting, anggota keluarga diharapkan mendukung pencegahan itu dengan tidak merokok di dalam rumah. Sebab, residu (sisa) asap rokok dari perokok aktif dapat menempel di lingkungan sekitar atau disebut asap rokok tersier. Bahayanya, zat yang menempel tak bisa hilang selama bertahun-tahun. "Tidak ada yang bisa menetralkan," ucap Agus.
Bila asap rokok terus-menerus masuk ke dalam tubuh, itu akan berdampak pada kesehatan. Agus menjelaskan, asap rokok mengandung nikotin dan zat berbahaya lain yang dapat mengganggu saluran pernapasan manusia.
Selain itu, merokok tidak hanya membahayakan kesehatan orang di sekitar, tapi juga perokok. Menurut Agus, fungsi paru-paru perokok menurun tiga kali lebih cepat daripada paru-paru bukan perokok. Karena itulah, perokok lebih cepat lelah, mudah sakit (batuk, pilek, dan sakit tenggorokan), serta banyak dahak.
Berapa pun jumlah zat berbahaya dalam rokok bermerek tertentu akan berdampak pada penurunan kesehatan. Alasannya, risiko merokok bergantung pada banyaknya puntung rokok yang diisap dan berapa lama menjadi perokok aktif.
"Jadi, kalau dia merokok sedikit dan singkat, risikonya rendah. Tapi, kalau dia merokok banyak dan lama, risikonya lebih tinggi," tutur Agus.
LANI DIANA