TEMPO Interaktif, BANDUNG:—Sekitar 49 warga desa Kersamanah, Kecamatan Kersamanah, Kabupaten Garut, Jawa Barat ditemukan menderita schizoprenia atau gangguan jiwa. Dinas Kesehatan Jawa Barat menilai kasus itu cukup unik. ”Ini ada kemungkinan karena faktor genetik, keturunan” kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Alma Lucyati, Rabu (22/4).
Menurut Alma, penderita gangguan jiwa itu ternyata memiliki ikatan saudara dalam satu kampung. Selain itu, faktor lainnya diduga karena tekanan hidup, ekonomi, dan masalah keluarga. Dia membantah kasus itu terjadi secara tiba-tiba dan serentak. ”Itu sudah ada yang (menderita) sejak 23 tahun lalu, 3 bulan lalu,” ujarnya.
Dia mengatakan, gangguan jiwa yang dialami warga itu beragam dari tingkat ringan hingga berat. Selama ini, pasien gangguan jiwa di kampung itu telah dimonitor. Dari laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, pengobatan pasien dilayani petugas puskesmas dan petugas kesehatan lain yang sengaja mendatangi rumah pasien.
Dinas Kesehatan Jabar menyatakan akan tetap meneruskan cara pengobatan seperti itu dan tidak akan membawa seluruh warga berobat ke rumah sakit khusus. ”Karena pasien tinggal dan dirawat di rumah oleh keluarganya,” dalihnya. Pihaknya baru-baru ini telah berkoordinasi dengan Dinas Sosial Jawa Barat dan Rumah Sakit Jiwa Bandung untuk membantu penanganan kasus tersebut.
Dinas Sosial dibutuhkan untuk membantu pendanaan keluarga pasien. Sebab, kata Alma, beban hidup keluarga tentu bertambah karena ada anggota keluarga yang sakit. ”Tidak sembuh itu kan pasti menggerogoti keuangan dan kehidupan normal,” katanya. Sementara tenaga medis dari RSJ Bandung, diharapkan bisa ikut membantu pendampingan pasien di rumahnya.
Pasien gangguan jiwa, katanya, tidak bisa sembuh dalam waktu singkat. Perhatian dan kesabaran anggota keluarga lain dan orang sekitarnya sangat dibutuhkan untuk memulihkan kondisi pasien. ”Pendampingan agama juga sangat dibutuhkan agar keluarga sabar dan sadar,” katanya.
ANWAR SISWADI