Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sekolah bagi Si Anak Spesial

image-gnews
TEMPO/Bernard Chaniago
TEMPO/Bernard Chaniago
Iklan

TEMPO Interaktif, Farhan, presenter kondang, sempat kerepotan ketika Rizki, putra pertamanya, mulai masuk usia sekolah. Pasalnya, Rizki, yang kini berusia 10 tahun, terlahir sebagai anak spesial dengan autisme.

Guna mencari lingkungan yang nyaman bagi Rizki, Farhan sempat memindahkan anaknya itu hingga ke enam sekolah yang mengklaim diri sanggup mendidik anak-anak dengan kebutuhan khusus ini.

Akhirnya Farhan menemukan sekolah itu di bilangan Cibubur, Jakarta Timur. Ia tidak peduli bahwa untuk sampai ke sekolah itu perlu waktu dan biaya yang tak sedikit pula. "Bagi saya, sekolah itu investasi besar yang tak bisa main-main. Soal biaya sekolah, yah habis satu Innova, deh," katanya terbahak.

Bukan fasilitas modern yang dicari Farhan dan mungkin sejumlah orang tua, yang punya anak dengan autisme, lainnya. "Tapi yang terpenting, apakah pihak sekolah bisa menyayangi anak saya enggak?" kata Farhan.

Memilih sekolah memang menjadi persoalan tersendiri bagi anak dengan autisme. Hambatan mereka dalam masalah komunikasi sering membuat anak-anak dengan kebutuhan khusus ini jadi pihak yang sulit dimengerti oleh lingkungan awam.

Perlu dukungan orang tua dan lingkungan sekitarnya agar anak autistik dapat menjalani kehidupan layaknya anak-anak lain. Ini jadi kepedulian orang tua, keluarga, terapis, dan sekolah yang berkumpul dalam acara Autism and Friends, yang diadakan London School of Public Relation di Senayan City, Jakarta, beberapa pekan lalu.

Bagaimanapun sekolah jadi salah satu pilar pendukung pendidikan bagi anak dengan autisme. "Keberhasilan penanganan autisme adalah kerja sama antara orang tua, dokter spesialis anak, psikiater, neurolog, spesialis rehabilitasi medis, psikolog, terapis, dan guru," kata Tri Gunadi dan Pusat Terapi Tumbuh Kembang Anak Yayasan Medical Exercise Therapy.

Namun semua itu idealnya harus punya satu kesamaan, yaitu bisa mencintai anak dengan tulus. "Biasanya anak tahu hal ini dan merasakannya, lho," kata Tri. Maka Tri menyarankan, pilihlah terapis atau penyelenggara sekolah yang menyukai dunia anak-anak, bukan cuma sekadar mencari uang dengan bekerja sebagai guru atau terapis.
Mereka, tutur Tri, biasanya punya kepribadian yang hangat, berkomunikasi dengan baik, ekspresif, suara yang jelas, dan fisik yang mendukung. Juga, "Punya pendidikan yang mendukung dan selalu haus akan ilmu penanganan anak autistik, hingga tahu teknik serta program terapi yang benar."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk memahami anak dengan autisme, Kepala Sekolah Cita Buana Diah S. Rajasa mengatakan, orang tua dan pengajar harus sama-sama yakin anak autistik memiliki kesempatan untuk maju secara beragam.

Seluruh penyelenggara sekolah idealnya punya visi yang sama tentang penanganan anak dengan autisme. Salah satu yang paling penting dilakukan, misalnya, menghentikan stigma terhadap anak autistik. "Saya sangat menentang menjadikan istilah autis sebagai ungkapan buruk, seperti label 'Autis lu!'," kata Diah.

Di sekolah yang bersedia mendidik anak dengan autisme, seyogianya tiap pengajar dan staf punya kemampuan menangani anak yang tantrum. "Jadi tak akan menjadi kehebohan," Diah melanjutkan.

Untuk menciptakan suasana belajar yang tenang, anak dengan autisme perlu memahami aturan main dalam belajar. Penerapan penghargaan dan sanksi juga penting, meski sebelumnya anak pengidap autistik harus diajak bersepakat tentang aturan mainnya. "Kami menggunakan jadwal atau petunjuk secara visual untuk mengurangi tingkat stres siswa," tuturnya.

Anak dengan autisme biasanya bisa belajar lebih efektif bila ada konsistensi dengan menggunakan teknik tertentu. "Harus ada jadwal yang pasti. Anak autistik tidak mengenal abu-abu, tidak ada kata 'mungkin'," kata Diah. Perubahan akan membuat mereka tantrum--ekspresi yang bagi orang biasa dianggap tidak wajar, misalnya berteriak-teriak.

Selain itu, perlu latihan bersosialisasi dengan melibatkan siswa dari kelas reguler. "Ini akan jadi pembelajaran buat mereka, karena suatu saat mereka juga akan hidup bermasyarakat," tutur Diah. Kondisi ini tentu saja tak selalu ideal. Misalnya saja Diah menyebutkan, ada kemungkinan siswa pengidap autistik jadi korban bully dan merasa dirinya berbeda dengan yang lainnya.

Diah juga menyebutkan, tekanan dan kegagalan siswa bisa menimbulkan stres, yang membuat anak dengan autisme merasa berbeda, terisolasi, hingga menunjukkan perilaku tak terkendali dan agresif. Tapi dengan kesamaan visi antara orang tua dan tiap penyelenggara sekolah bahwa tiap anak berhak atas kasih sayang, ia yakin hal itu bisa diatasi. UTAMI WIDOWATI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tanggapan Korban atas Vonis 15 Tahun Kiai Gadungan Pemerkosa Santri

1 hari lalu

Ilustrasi Pemerkosaan. shutterstock.com
Tanggapan Korban atas Vonis 15 Tahun Kiai Gadungan Pemerkosa Santri

Terdakwa melalui kuasa hukumnya telah memutuskan untuk mengajukan banding atas vonis hakim. Akui pemerkosaan terhadap tiga santri dan jamaah.


Menteri PPPA Apresiasi Program Binaan Pertamina di Sulsel

23 hari lalu

Menteri PPPA Apresiasi Program Binaan Pertamina di Sulsel

Kunjungan kerja Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Republik Indonesia ke Provinsi Sulawesi Selatan menjadi momentum penting dalam mengapresiasi peran Pertamina dalam mendukung pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.


Marak Kekerasan Anak di Sekolah, KPAI Dorong Percepatan Pembentukan Satgas Daerah dan Tim PPKSP

39 hari lalu

Ilustrasi Persekusi / Bullying. shutterstock.com
Marak Kekerasan Anak di Sekolah, KPAI Dorong Percepatan Pembentukan Satgas Daerah dan Tim PPKSP

KPAI meminta segera dibentuk Satgas Daerah dan Tim Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP).


Viral Video Bullying di Balikpapan: Pelajar SMP Dijambak dan Ditinju, Kasus Ditangani Polisi

48 hari lalu

Penanganan kasus pengeroyokan di SMP Negeri 13 Terititip, Balikpapan Timur. Instagram/PolsekBppntimur
Viral Video Bullying di Balikpapan: Pelajar SMP Dijambak dan Ditinju, Kasus Ditangani Polisi

Dunia pendidikan Indonesia kembali tercoreng dengan kasus perundungan (bullying) siswa oleh rekan-rekannya


Sudah Tetapkan Tersangka, Polisi Ungkap Motif Bullying di Binus School Serpong

50 hari lalu

Penetapan tersangka dan ABH dalam kasus bullying geng pelajar Binus School Serpong di Mapolres Tangerang Selatan, Jumat 1 Maret 2024. TEMPO/Muhammad Iqbal
Sudah Tetapkan Tersangka, Polisi Ungkap Motif Bullying di Binus School Serpong

Polres Tangerang Selatan mengungkap motif di balik bullying atau perundungan di Binus School Serpong.


Satu Tersangka Bullying di Binus School Serpong sudah Bukan Pelajar

50 hari lalu

Penetapan tersangka dan ABH dalam kasus bullying geng pelajar Binus School Serpong di Mapolres Tangerang Selatan, Jumat 1 Maret 2024. TEMPO/Muhammad Iqbal
Satu Tersangka Bullying di Binus School Serpong sudah Bukan Pelajar

Polisi menetapkan 4 tersangka dan 8 Anak Berhadapan Hukum dalam kasus bullying di Binus School Serpong


KPAI Minta Kasus Perundungan di Binus School Harus Dilakukan Secara Cepat

59 hari lalu

KPAI dan UPTD PPA Kota Tangerang Selatan mendatangi Polres Tangsel dalam kasus bullying di SMA Binus Serpong, Selasa 20 Februari 2024. (TEMPO/Muhammad Iqbal)
KPAI Minta Kasus Perundungan di Binus School Harus Dilakukan Secara Cepat

Komisioner KPAI Diyah Puspitarini menyatakan akan mengawal secara transparan kasus perundungan geng Binus School ini.


FSGI Imbau Masyarakat Jangan Sebar Video Perundungan Siswa Binus Serpong

20 Februari 2024

Binus School Serpong. serpong.binus.sch.id
FSGI Imbau Masyarakat Jangan Sebar Video Perundungan Siswa Binus Serpong

FSGI mengimbau agar video perundungan itu tidak lagi disebarluaskan karena berpotensi ditiru oleh peserta didik lain.


Korban Perundungan SMA Binus Serpong Bertemu KPAI dan PPA Tangsel, Menghindari Awak Media

20 Februari 2024

Mobil yang dinaiki Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tiba di Binus School Serpong pasca viralnya berita perundungan siswanya di Tangerang, Banten, Rabu, 21 Februari 2024. Perundungan ini menyebabkan korbannya dirawat di rumah sakit. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Korban Perundungan SMA Binus Serpong Bertemu KPAI dan PPA Tangsel, Menghindari Awak Media

Dalam pertemuan itu, KPAI memastikan korban bullying geng Binus School Serpong sudah mendapatkan pendampingan psikologis.


Save the Children Minta 3 Kandidat Tak Lupakan Isu Kesejahteraan Anak di Debat Capres Besok

3 Februari 2024

Capres nomor urut 1 Anies Baswedan, Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto saat mengikuti debat ketiga Calon Presiden 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu, 7 January 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Save the Children Minta 3 Kandidat Tak Lupakan Isu Kesejahteraan Anak di Debat Capres Besok

Tiga calon presiden yaitu Anies Baswedan, Prabowo, dan Ganjar Pranowo diminta tak melupakan isu kesejahteraan anak di debat capres terakhir besok.