TEMPO Interaktif, Jakarta - Ada berbagai ruang yang dimasuki oleh spesialis mata Vira Wardhana Istiantoro, 37 tahun, selama bertahun-tahun. Ruang praktek, ruang bedah mata, ruang divisi pemasaran, dan ruang di mana gokarnya melaju kencang. Predikat yang menempel di pundaknya beragam. Dan semuanya, bagi ayah dua anak ini, adalah hasil dari kerja keras.
Berayahkan spesialis mata serta beribu ahli farmasi, anak bungsu dari dua bersaudara ini memiliki faktor genetika dan fasilitas baik. Keduanya memang membantu dalam langkahnya di setiap ruang. "Tapi tidak ada yang menggantikan kerja keras," ucapnya. "Tidak ada free lunch," ia menegaskan. Toh, meski berkecukupan, ia mengaku orang tuanya bukanlah yang berlebihan, sehingga bisa membuat anaknya melaju bebas di lajur balap ketika remaja.
Untuk menjajal hobi yang cukup menguras uang itu, dokter yang lebih dikenal sebagai dokter Donny ini harus menahan diri dulu. Ia mengumpulkan uang dan membeli sebuah mobil yang disulapnya menjadi mobil balap. Ketika ia mengibarkan bendera kemenangan di arena balap gokar tahun lalu di Malaysia, ia pun harus cukup puas dengan berlaga di kelompok master alias yang sudah berumur.
Hobi yang hanya ditekuni ketika ia benar-benar mempunyai waktu luang ini toh telah memuaskan ambisinya ketika ia masih menjadi anak laki-laki. "Mimpi anak laki-laki itu kan biasa&, jadi pembalap," tuturnya. Namun Donny kecil menyimpan angan-angan hingga dewasa. Tanpa beban kata "terlambat", ia menikmati suasana saat adrenalinnya meninggi di balik kemudi gokar.
Namun untuk pilihan karier, ia menggunakan cara simpel. Ayahnya, yang berprofesi sebagai spesialis mata dan salah satu pendiri Jakarta Eye Center (JEC), membuatnya menjejaki dunia bedah mata. Namun baginya, pilihan sederhana itu tetap ditekuninya. Prinsipnya, segala sesuatu bila ditekuni tetap akan membuahkan hasil baik. Apalagi dari kecil, Donny memang gandrung pada kompetisi. Kesederhanaan itu dibarenginya dengan usaha keras.
Setelah merampungkan kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ia pun melanjutkan studi spesialis mata dengan beasiswa. Ia memilih menimba ilmu di negeri jiran, Australia. Lantas, ia pun mendalami glaukoma di Singapura, lagi-lagi dengan beasiswa. Tak puas dengan berkiprah di ruang praktek, ia pun menjajal bagian pemasaran. Dengan semangat kompetitif, mengejar target adalah bagian yang tak terlepaskan bagi suami Rumman Amanda ini.
Geraknya pun semakin cepat ketika ia harus menyandang predikat Kepala Divisi Pemasaran Jakarta Eye Center. Selesai menangani pasien di ruang praktek maupun bedah, ia melanjutkan kegiatannya dengan rapat-rapat urusan bisnis dan pemasaran. Praktek pun tak hanya di satu tempat, karena JEC memiliki tiga cabang di Jakarta dan ada dua di daerah, yakni Solo serta Banjarmasin.
Di setiap langkahnya, ia pun menggeber semangat dan timnya untuk merealisasi JEC menjadi rumah sakit mata yang modern, terbesar, serta terlengkap. "Saat ini sudah dilengkapi dengan teknologi terbaik. Kami juga ingin servis terbaik dan fasilitas gedung seperti hotel bintang lima," ia memaparkan. Tentunya bukan cuma fasilitas fisik yang harus disiapkan, tapi juga sumber daya manusianya.
Dunia Donny memang dunia kompetitif. Dalam Facebook, ia menggambarkan dirinya sendiri di antaranya, "sometimes controversial, i am very competitive, adaptable to latest surgical tech". Hubungan antara ruang bedah dan lajur balap pun digambarkan sebagai dua sisi yang memiliki kesamaan, yaitu sama-sama membutuhkan tingkat persisi tinggi. Rita Nariswari
Biodata:
Lahir: Jakarta, 27 Juni 1972
Menikah dengan: Rumman Amanda
Jumlah Anak: Dua (laki-laki)
Pendidikan:
1988: SMAN 70 Jakarta
1991: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (dokter umum)
Lions Eye Institute, Perth, Australia (spesialis mata)
Beasiswa:
Lions Eye Institute, Perth, Australia
Glaucoma, Singapore National Eye Center, Singapura
Karier:
Marketing Head Jakarta Eye Center
Ahli bedah mata Jakarta Eye Center
Bidang Pelayanan:
Oftalmologi, katarak, LASIK, dan glaukoma