TEMPO Interaktif, Jakarta - Hampir sepekan Indriana, 34 tahun, tidak bisa tidur nyenyak. Teguh, bukan nama sebenarnya, putra sulungnya yang baru duduk di kelas V sekolah dasar, bermasalah di sekolah. Indri pun harus bolak-balik menghadap guru bimbingan untuk mengkonsultasikan perilaku sang anak. "Teguh ketahuan membuka situs-situs web pornografi di komputer sekolah," kata Indri masygul.
Indri tidak menyangka anak seusia Teguh sudah memiliki ketertarikan pada lawan jenis, apalagi menyukai produk pornografi. Padahal selama ini Indri mengenal putranya itu bukan tipe yang sulit diajak berkomunikasi. "Ia selalu cerita tentang dirinya," katanya.
Kini ia juga kesulitan mencari cara menegur Teguh. Indri tak ingin anaknya tersinggung. Selain itu, ia tak ingin anaknya tersebut salah kaprah tentang seks, lalu terjebak pergaulan bebas di masa remaja kelak. Bersama suami, ia akhirnya menggunakan jurus pamungkas. "Kami terpaksa mengajarkan pendidikan seks dini kepada Teguh."
Lewat percakapan sebelum tidur itu akhirnya terungkap bahwa Teguh membuka situs-situs pornografi di fasilitas Internet sekolahnya tanpa sengaja. Awalnya, ia dan teman-teman hanya berniat mencari gambar kartun Naruto di Internet untuk digambar ulang. "Tapi yang banyak keluar malah gambar porno," kata Indri menirukan ucapan anaknya.
Teguh makin penasaran, dan penelusuran di dunia maya pun semakin mendalam. Ia mengaku sudah paham istilah untuk kartun pornografi itu, yakni hentai. Indri semakin terenyak karena Teguh juga mengaku pernah mengakses situs web hentai dari telepon seluler ayahnya.
Teguh tidak sepenuhnya bersalah. Dunia pornografi di dunia maya saat ini berkembang luar biasa. Situs-situs di Internet banyak menyajikan adegan khusus untuk orang dewasa dengan diperankan oleh tokoh film kartun. Sebut saja Naruto, Ben-10, Joker, hingga Batman, yang diidolakan jutaan anak di dunia.
Sebuah situs kartun porno berbayar mengklaim memiliki ribuan koleksi gambar kartun porno yang diperankan tokoh-tokoh kartun tiruan. Ekspresi mereka, dan goresan kuasnya pun lucu-lucu. Situs itu juga menyediakan jasa kepada pelanggan untuk memesan gambar kartun porno sesuai adegan dan tokoh yang diinginkan. "Anda pesan, kami gambar," tulis sang pemilik di situs itu.
Jumlah situs pornografi yang "nyata" juga fantastis. Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Hadi Supeno menyebut ada 4 juta situs pornografi dari seluruh dunia. Sebanyak 90 ribu situs di antaranya menampilkan pornografi anak-anak. "Semua situs ini sangat mudah diakses anak-anak dan remaja," katanya.
Pakar pendidikan anak dan remaja Mutiara Padmosantjojo menyebut perilaku semacam itu sebenarnya wajar terjadi. "Anak-anak dan remaja memang punya rasa ingin tahu yang besar," katanya. Masalahnya, anak-anak dan remaja belum punya kesadaran tinggi untuk memahami situs itu.
Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring mengaku memang ada penyelewengan pemanfaatan Internet di kalangan murid sekolah. Pemerintah, kata dia, tidak bisa menyelesaikan ini sendiri. Harus ada kesadaran bersama dari orang tua, guru, dan ulama untuk mencegah muatan pornografi masuk ke rumah-rumah kita.
"Sayangnya, banyak orang tua masih gagap teknologi, tidak mengerti Internet," katanya.
Mustafa Silalahi
TIP
Agar Tak Terjebak Situs Cabul
1. Letakkan komputer di ruang keluarga yang memungkinkan semua penghuni mengawasi penggunaannya.
2. Sediakan alternatif kegiatan untuk menghabiskan waktu sehingga anak tidak hanya bergantung pada Internet. Misalnya olahraga, bersepeda, dan memelihara binatang.
3. Hubungkan minat anak selama bermain Internet dengan kehidupan sehari-hari. Kalau anak suka binatang dalam sebuah game Internet, ajak ia ke kebun binatang. Supaya anak tetap bersosialisasi dengan lingkungannya.
4. Manfaatkan fitur history di browser yang digunakan untuk melacak situs apa saja yang telah didatangi anak.
5. Jika anak Anda kedapatan memiliki atau saling berkirim muatan pornografi, segera minta dia menghentikan hal itu. Jelaskan kepadanya bahwa hal itu merupakan pelanggaran hukum dan berisiko terhadap sesuatu yang tidak baik.
6. Sebagai orang tua, Anda juga harus mengikuti perkembangan teknologi. Ketahui situs jejaring sosial apa yang tengah digandrungi, dan pelajari ancaman-ancamannya.
Mustafa Silalahi | berbagai sumber