Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Berprestasi atau Bunuh Diri

image-gnews
Ilustrasi bunuh diri
Ilustrasi bunuh diri
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Dengan waktu tempuh cuma satu jam penerbangan, Singapura menjadi salah satu negeri tujuan sebagian warga kita. Entah untuk sekadar melancong, berobat, sekolah, atau belanja di Orchard Road. Nama jalan yang satu ini begitu terkenal sehingga sering dianggap belum sampai di Singapura jika belum melalui jalan yang asri dan gemerlap itu. Meski demikian, sepertinya tak banyak dari mereka yang pernah ke negeri singa itu memahami betul kehidupan dan budaya sehari-hari warganya.

Berdasarkan hal itulah Margareta Astaman mengisahkan pengalaman sekaligus pandangan hidupnya selama menuntut ilmu di jurusan jurnalisme (jurnalistik) di Nanyang Technological University (NTU). Kampus ini satu di antara tiga universitas top di negeri itu dan masuk jajaran universitas terkemuka di dunia.

Perkenalan Margareta dengan Singapura, ya, cuma sebatas jalan-jalan dan berbelanja di Orchard Road. Sebagai remaja dari Jakarta, ia baru merasakan pola dan gaya hidup sehari-hari masyarakat di sana setelah diterima menjadi mahasiswa. Empat tahun menimba ilmu di NTU itulah yang dipaparkannya dalam buku yang dibagi menjadi empat bab ini.

Sepintas kehidupan mahasiswa di sana terlihat enak dan serba "wah". Tapi sesungguhnya penuh dengan perjuangan dan persaingan. Soal asrama, misalnya. Seorang mahasiswa harus mengumpulkan sejumlah nilai dari kegiatan ekstrakurikuler untuk bisa masuk dan bertahan. Jika tidak?

"Gue diusir dari asrama karena hanya meraih 69 poin, sedangkan nilai rata-rata melonjak dari 65 ke 72,5. Dalam beberapa hari ultimatum dilayangkan. Jika batas waktu itu terlampaui, barang-barang gue akan dibuang semua dan gue akan didenda biaya pembersihan kamar. Tidak ada negosiasi!" tulis Margareta di halaman 19.

Menyewa di luar kampus bukanlah opsi terbaik karena kampus NTU berada di "ujung dunia". Rumah susun terdekat butuh 20 menit naik bus. Sewanya Sin$ 500 sebulan dengan kamar mandi di luar. Padahal sedikitnya 4 hari dalam seminggu dihabiskan tiap mahasiswa sampai dinihari di kampus: menggunakan laboratorium, kerja kelompok, dan riset di perpustakaan.

Pembuatan skripsi atau Final Year Project pun tak bisa asal sesuai dengan minat mahasiswa. Dosen pembimbing, menurut Margareta, tidak akan menyetujui proposal jika tidak bernilai ekonomi dan masuk akal untuk diselesaikan. Topik penelitian pun akan berpengaruh ketika mencari kerja dan tingkat gaji yang diperoleh.

Kemajuan yang dicapai Singapura tak lepas dari sistem yang dibangun, sehingga mendorong putra-putri terbaik bangsa menampilkan prestasi. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi berjalan pesat. Namun, lazimnya dalam setiap kompetisi, selalu ada yang tersisih. Kemajuan yang dihasilkan oleh kehidupan bertekanan tinggi ini juga tidak selalu menghasilkan kebahagiaan.

Penuh dengan persaingan membuat kehidupan di Singapura kurang manusiawi. Tak mengherankan jika banyak dari mereka yang tak tahan menjalani kehidupan akhirnya memilih jalan pintas: bunuh diri.

Margareta mengulas isu ini secara khusus di bab 2, dengan judul "Dilarang Bunuh Diri". Pada 2006, setidaknya ada 416 kasus bunuh diri di Singapura. Berarti ada lebih dari satu orang bunuh diri dalam sehari. Dalam setiap tujuh kematian, ada satu kematian karena bunuh diri. Angka ini naik 21 persen dari 2003. Sebagian besar pelaku adalah yang berusia produktif. Merekalah yang mampu bekerja dengan pendapatan yang baik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Gue menjadi saksi kehidupan berbangsa. Berada dalam sistem yang terlihat sempurna, hidup terfasilitasi, namun tetap punya keinginan bunuh diri. Gue menyadari satu hal. Mungkin bukan cuma materi yang dibutuhkan seorang manusia." (halaman 55)

Yang menarik, kisah bunuh diri ini tidak pernah diangkat ke publik. Kebijakan pers melarang kasus bunuh diri diberitakan. Mungkin karena itu, bab 2 ini diberinya judul "Bisik-bisik Singapura". Di situ Margareta menulis dengan beberapa judul, seperti "PNS Oportunis" dan "Selamat Datang di Surga Belanja".

Margareta menguraikan berbagai hal dengan netral, dan banyak hal berat dituliskannya secara ringan. Sebagai wanita muda, dia pun bercerita tentang asmara. Pada bab 3, misalnya, Margareta menulis dengan judul "Romancing Singapore". Bab ini dimulainya dengan cerita bangku kosong. Bangku-bangku kampus jarang diduduki karena mahasiswanya supersibuk. Tak ada waktu bercengkerama sehingga romantisisme suasana kampus terabaikan.

Karena itu, ketika seorang ibu muda yang ditemuinya di pesawat menyarankan dirinya mencari pacar orang Singapura, Margareta dengan tegas menukas, "Ah, enggak, Tante. Cowok Singapur kurang macho!"

Buku ini ditutup dengan cerita "Lebih Singapur dari Singapur" pada bab 4. Margareta menguraikan betapa hidup di Singapura membuat kita lebih banyak berhitung soal uang. Tak aneh bila ia akhirnya berketetapan, hidup di negeri sendiri (Jakarta) lebih baik ketimbang di negeri singa itu.

Buku ini adalah buku Margareta yang ketiga. Buku yang menarik untuk dibaca para pelajar, mahasiswa, maupun orang tua yang ingin menyekolahkan anak-anaknya ke mana saja. Dengan membaca buku ini, saya sendiri baru ngeh kenapa anak saya berjibaku di luar jadwal kuliah demi meraih sederet medali di bidang taekwondo dan sertifikat lainnya ketika kuliah di NTU beberapa tahun lalu. Ternyata semua itu bagian dari upaya survival, mendapatkan kamar di asrama mahasiswa.

B Aritonang, penulis buku Orang Batak Naik Haji dan Orang Batak Berpuasa.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Akademisi Dorong Metode Nikson Nababan Bangun Desa Diterapkan Nasional

7 hari lalu

Akademisi Dorong Metode Nikson Nababan Bangun Desa Diterapkan Nasional

Nikson Nababan menggunakan model NIKSON (needs, innovation, knowledge, synergy, operation and norm) dalam perencanaan pembangunan daerah berbasis data presisi.


Buku Awan Merah: Cerita Colombus hingga Cyrus Habib dalam Refleksi Rohaniwan

28 September 2023

Suasana peluncuran Buku Awan Merah: Catatan Sepanjang Jalan di Yogyakarta Selasa, 26 September 2023. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Buku Awan Merah: Cerita Colombus hingga Cyrus Habib dalam Refleksi Rohaniwan

Rohaniwan yang juga pengajar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Baskara T. Wardaya menulis buku bertajuk Awan Merah: Catatan Sepanjang Jalan.


Konsisten Berkarya, Komunitas Saya Belajar Hidup Meluncuran Buku ke-12 di Yogyakarta

11 Juni 2023

Peluncuran buku #sayabelajarhidup karya S. Dian Andryanto di Ace Ambarrukmo Plaza Yogyakarta, Sabtu, 10 Juni 2023. Foto: Eko Rini
Konsisten Berkarya, Komunitas Saya Belajar Hidup Meluncuran Buku ke-12 di Yogyakarta

Komunitas Saya Belajar Hidup konsisten berkarya dan menerbitkan buku. Komunitas menulis ini sudah berjalan selama 8 tahun dan menerbitkan 12 buku


Hari Pendidikan Nasional, BRIN dan Sultanate Institute Luncurkan Buku

2 Mei 2023

Merayakan Hari Pendidikan Nasional 2023, BRIN bekerja sama dengan Sultanate Institute mengadakan webinar dan peluncuran buku 'Keajaiban Negeri Emas Zabaj - Indonesia dalam catatan dunia Islam masa Abbasiyah'. (Tangkapan layar)
Hari Pendidikan Nasional, BRIN dan Sultanate Institute Luncurkan Buku

Buku Keajaiban Negeri Emas Zabaj menjelaskan tentang kawasan Asia Tenggara dari sudut pandang pelayar abad 9 dan 10.


Jelang HUT ke-68, SYL Luncurkan Dua Buku

16 Maret 2023

Jelang HUT ke-68, SYL Luncurkan Dua Buku

Dua buku perjalanan tersebut berujudul "The SYL Way: The Miracle of Hardworking" dan "The SYL Way: I Love My Job".


NU Cabang Tiongkok Luncurkan Buku, Tekankan Pentingnya Santri Belajar ke Cina

7 Februari 2023

Pengurus Cabang Istimewa NU Tiongkok meluncurkan buku bertajuk Santri Indonesia di Tiongkok di UIN Sunan Ampel, Surabaya, Senin, 6 Februari 2022. Foto: Istimewa
NU Cabang Tiongkok Luncurkan Buku, Tekankan Pentingnya Santri Belajar ke Cina

Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok meluncurkan buku bertajuk "Santri Indonesia di Tiongkok"


Wartawan Senior Tempo Arif Zulkifli Luncurkan Buku Jurnalisme di Luar Algoritma

28 Januari 2023

Wartawan senior Tempo Arif Zulkifli melakukan peluncuran buku berjudul Jurnalisme di Luar Algoritma, berlangsung di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat pada Sabtu, 28 Januari 2023. TEMPO/Tika Ayu
Wartawan Senior Tempo Arif Zulkifli Luncurkan Buku Jurnalisme di Luar Algoritma

Buku itu dibuat, kata wartawan Tempo Arif Zulkifli, untuk mencoba memberikan insight dalam pemberitaan berbentuk reportase.


Rilis Buku Baru, Bamsoet Hargai Pentingnya Pertemanan

10 September 2022

Ketua MPR Bambang Soesatyo merilis buku terbarunya,
Rilis Buku Baru, Bamsoet Hargai Pentingnya Pertemanan

Pertemanan dan membina jaringan menjadi kunci penting dalam perjalanan karier Bambang Soesatyo.


Ketua MPR RI Apresiasi Terbitnya Buku 'NKRI Harga Mati'

24 Agustus 2022

Ketua MPR RI Apresiasi Terbitnya Buku 'NKRI Harga Mati'

Merujuk aspek yuridis, gagasan negara kesatuan merupakan pengejawantahan rumusan sila ketiga Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia


Peluncuran Buku 'Anies Baswedan: Gagasan, Narasi, dan Karya', Penulis: Dia Pemimpin Otentik

15 Juli 2022

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan usai meresmikan Perpustakaan Jakarta dan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di kawasan Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, pada Kamis, 7 Juli 2022. TEMPO/Moh Khory Alfarizi
Peluncuran Buku 'Anies Baswedan: Gagasan, Narasi, dan Karya', Penulis: Dia Pemimpin Otentik

Anies Baswedan disebut sebagai pemimpin otentik dalam peluncuran buku 'Anies Baswedan: Gagasan, Narasi, dan Karya'.