TEMPO Interaktif, Jakarta - Jual beli saham bukan soal rumit. Anda yang tergolong pemula atau tak tahu menahu dengan jual beli saham tidak perlu takut memulai jika ingin berinvestasi. Baca komik Who Wants To Be A Smiling Investor.
Komik ini akan memberi pemahaman yang sederhana tentang saham dan segala hal di pasar modal. Penjelasannya digambarkan lewat kartun yang mudah dimengerti, sekaligus kocak. Penulisnya Lukas Setia Atmaja, pengajar investasi dan Ketua Departemen Keuangan di Prasetiya Mulya Business School. Sedangkan kartunisnya Tommy Thomdean yang bekerja di Kompas.
Lukas mengatakan menulis kiat-kiat berinvestasi melalui media kartun lantaran kecewa dengan buku investasi yang banyak beredar. "Bukunya membosankan," katanya saat peluncuran komik ini di Pameran Buku Kompas-Gramedia di Istora Senayan Sabtu lalu (26/02). Komik setebal 233 halaman ini berisi kiat-kiat berinvestasi. Anda yang membacanya bakal tertarik berinvestasi. Toh Lukas memang bertujuan seperti itu. "Saya mengkampanyekan Gerakan Peduli Investasi," ujarnya.
Beberapa kartun yang kocak itu, misalnya, menggambarkan orang berdasi yang meminta petunjuk paranormal tentang saham apa yang perlu dibeli dan bakal menguntungkan. Sang dukun berkata, "Hmm weleh weleh komat-kemot, kamu lahirnya jumat kliwon nggak cocok beli saham Bank, cocoknya beli saham pabrik peniti." Gambar lain menunjukkan seorang pemula yang berhasil membeli saham Bank Mandiri dan Indofood. Keberhasilan ini dia sampaikan ke pedagang kaki lima. "Beneran lho, saya yang punya Mandiri dan Indofood."
Lukas mengatakan membeli saham identik dengan kaya mendadak tapi juga miskin mendadak. "Itu trader bukan investor," katanya mencoba menjelaskan. Lukas menilai trader merupakan orang yang membeli saham, namun beberapa saat kemudian menjual jika sudah menguntungkan. Sedangkan Investor membeli saham dan menjual untuk jangka waktu yang lama. Jangka waktu itu ditentukan dengan tingkat kebutuhan investor. "Kalau saya beli saham untuk pendidikan anak," katanya. Lukas menilai di Indonesia masih lebih banyak trader ketimbang investor.
AKBAR TRI KURNIAWAN