TEMPO Interaktif, Surakarta - Ada rencana ke Solo? Mampir yuk ke Pasar Windujenar. Di sini tersedia beraneka macam barang antik seperti patung perunggu, kelontongan sapi, bel sepeda sampai mata uang kuno. Di tempat lain, bisa saja sulit dicari.
Pasar yang berada di depan Pura Mangkunagaran, atau yang biasa disebut dengan kawasan Ngarsapura,. Memang identik dengan barang-barang antik. Di bagian depan, pengunjung akan disapa topeng panji berukuran besar serta patung rara blanya. Kesan antik kian terasa dengan tiang dan papan nama Pasar Windujenar yang dibuat dari tembaga.
Tapi jangan dulu kecewa kalau banyak orang yang gelagapan tentang pasar ini. Maklum, masyarakat sekitar lebih mengenal pasar itu dengan nama Triwindu. Nama ini adalah pemberian dari Mangkunagara VII yang mendirikan pasar tersebut pada tahun 1940.
Mangkunegara VII meresmikan pasar tersebut, tepat 24 tahun setelah dia naik tahta. “Pasar ini merupakan tonggak tiga windu pemerintahan beliau,” kata Bambang Hadi Pustaka, pedagang senior di pasar tersebut. Karena itu, pasar tersebut diberi nama Triwindu.
Perubahan pun terjadi. Pada 1960, Pemerintah Kota Surakarta mengubah nama pasar itu menjadi Windujenar. Alasannya tidak ada yang tahu. Penggantian nama itu seolah tidak berarti. Masyarakat masih menyebutnya sebagai Pasar Triwindu. Masyarakat pun malah bingung.
“Hal ini justru banyak membuat masyarakat bingung dengan adanya dua sebutan itu,” kata Bambang. Tidak jarang, kondisi itu membuat wisatawan yang hendak berkunjung menjadi kesasar.
Untunglah, Kota Surakarta akhirnya akan kembali mengubah nama pasar itu, sesuai nama aslinya. “Surat keputusan wali kota sudah turun Mei lalu,” kata Kepala Dinas Pengelola Pasar Surakarta, Subagyo. Jum’at mendatang, 17 Juni 2011, rencananya mereka akan menggelar kirab dan selamatan untuk perubahan nama itu.
Menurutnya, perubahan nama itu dilakukan untuk membuktikan jika pemerintah memiliki perhatian terhadap sejarah. Selain itu, dia berharap masyarakat tidak lagi bingung dengan adanya nama ganda tersebut.
Ahmad Rafiq