TEMPO.CO, Jakarta - Puding terdiri dari 600 kalori, protein, dan karbohidrat ini sebaiknya dinikmati pagi hari, ketika metabolisme tubuh pada kondisi aktif dan seseorang bisa bekerja lebih baik dengan kelebihan kalori sepanjang hari.
Jakubowicz dan timnya berpendapat bahwa menghindari makanan manis malah bisa menciptakan kecanduan psikologis terhadap berbagai jenis makanan manis dalam jangka panjang. Untuk itu menambahkan jenis makanan penutup saat sarapan bisa mengontrol nafsu makan sepanjang hari.
Selama 32 minggu penelitian, seperti diungkapkan jurnal Steroids dan dikutip Daily Mail edisi 8 Februari 2012, partisipan yang menambahkan makanan penutup pada sarapan mereka berupa kue, roti, cokelat telah kehilangan berat badan 40 pound (sekitar 16 kilogram) lebih banyak dibandingkan dengan grup lain yang menghindari makanan manis. Bahkan mereka bisa mempertahankan berat badan turun dalam tempo lama.
Sarapan menyediakan energi dalam melaksanakan pekerjaan, membantu fungsi otak, dan mendorong dimulainya metabolisme. Semua itu penting untuk menurunkan berat badan.
Menurut Prof. Jakubowicz, sarapan adalah makanan yang paling sukses mengatur ghrelin--hormon yang meningkatkan rasa lapar. Ketika level ghrelin meningkat sebelum makan, saat sarapan waktu tepat untuk menekannya.
Berdasarkan hasil studi tersebut para ilmuwan berharap bisa mengetahui apakah waktu makan dan komposisinya mempunyai dampak terhadap penurunan berat badan dalam jangka pendek dan panjang atau hal tersebut semata-mata karena jumlah kalori saja.
Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana menjaga berat tubuh dalam jangka panjang. Karena itu, mengkonsumsi lebih banyak porsi dari kalori saat sarapan menjadi masuk akal. Hal itu tak hanya bagus untuk fungsi tubuh, tapi juga mengurangi nafsu makan.
“Partisipan dengan konsumsi rendah karbohidrat mengalami rasa puas yang lebih rendah dan merasa mereka tidak kenyang,” ucap Prof. Jakubowicz.
Akibatnya, nafsu makan mereka terhadap gula ataupun karbohidrat menjadi lebih tinggi, sehingga menyebabkan mereka curang dengan rencana dietnya.
“Sebaliknya pada grup yang mengkonsumsi sarapan lebih banyak, termasuk makanan penutup, tidak terlalu bernafsu terhadap makanan jenis tersebut pada siang atau malam harinya,” tutur dia.
Hal ini menunjukkan bahwa diet haruslah sesuatu yang realitistis untuk diadopsi sebagai bagian dari gaya hidup baru.
Tim peneliti ini menyimpulkan bahwa bernafsu makan lebih baik ketimbang kehilangan kesuksesan menurunkan berat badan.
DAILY MAIL | ARBA’IYAH SATRIANI