TEMPO.CO, Jakarta - Kegiatan berkuda merupakan salah satu kegiatan menyenangkan bagi yang hobi berkuda. Selain merupakan hobi, olahraga ini mampu menciptakan prestasi.
Berawal dari hobi berkuda sejak kecil, Nadia Marciano, 28 tahun, mendirikan sekolah khusus berkuda di tingkat sekolah menengah umum (SMU), APM Riding School, di kawasan Tigaraksa, Tangerang, Banten.
Putri pertama pasangan Marciano Norman (Ketua Badan Intelijen Negara dan Ketua Umum Olahraga Taekwondo) dan Triwaty Marciano ini mengaku berasal dari keluarga pencinta kuda. "Saya begitu mencintai kuda. So, I guess passion for horses is always in my blood, “ ujar Nadia.
Selesai sekolah menengah atas, Nadia memutuskan untuk melanjutkan studi di jurusan Ilmu Administrasi Berkuda di William Woods University di Fulton, Missouri, Amerika Serikat, pada 2003. Begitu meraih gelar Bachelor of Science pada 2005, ia mendirikan sekolah berkuda.
Menurut wanita berwajah manis ini, olahraga berkuda di Indonesia sedang berusaha keras untuk maju. “Semakin banyak atlet muda berbakat menandakan olahraga ini sudah memasyarakat,” ujar Nadia.
Banyaknya pertandingan yang telah dan akan dilaksanakan merupakan bukti positif para penggemar olahraga berkuda untuk memajukan olahraga ini. Sebagai salah satu olahraga berprestasi di Indonesia, Nadia sadar dan merasa perlu mengimbangi olahraga berkuda dengan dunia pendidikan.
Dengan adanya APM Riding School, Nadia bercita-cita atlet berkuda Indonesia memiliki tingkat intelektual yang baik. “Tidak hanya dilihat dari prestasi memperebutkan piala saja,” katanya.
Konsep sekolah ini sangat dekat dengan alam. Belajar pun bisa dilakukan di luar kelas dan merupakan satu-satunya sekolah dengan kurikulum berkuda yang menyertakan program pertukaran pelajar bagi siswa berprestasi.
Pengalaman Nadia pertama kali belajar menunggang kuda dengan benar dirasakan saat bergabung di klub berkuda Bala Turangga, Bandung. Kebetulan, saat itu, ayahnya menjadi wakil komandan di satuan tempat klub itu berada, yakni di Parongpong, Lembang, Kabupaten Bandung, sehingga ada fasilitas yang mendukung minat berkudanya.
Ketika keluarganya harus pindah ke Jakarta mengikuti dinas sang ayah, ibunya mendaftarkan Nadia ke Tridan Stable di kawasan Pulo Mas, Jakarta Timur. “Di stable inilah saya mulai belajar menunggang kuda secara rutin dan pertama kali mengikuti lomba berkuda hingga bisa juara pada era 90-an,” ujarnya.
Pada usia 12 tahun, Nadia pindah ke klub Porda Pelita Jaya dan bertemu dengan almarhum Tenny Palandeng hingga belajar banyak mengenai horsemanship. Pada saat bersamaan, Nadia diperbolehkan menaiki kuda paten, Arinda. Dengan kuda itu, Nadia memenangkan banyak kejuaraan, di antaranya juara di Pelita Harapan Cup dan BBD Cup.
Pada 1996, Nadia bersama timnya (Rahmat Natsir dan Ferdinand) dipercaya mewakili Indonesia di kejuaraan berkuda CSI-Y, dengan menggunakan kuda pinjaman, di Bangkok, Thailand. Nadia sukses mempersembahkan medali emas untuk kompetisi beregu dan perunggu untuk kompetisi individual.
Nadia ingin membangun citra APM Riding School sebagai satu-satunya sekolah equestrian Indonesia yang pertama. Sekolah kudanya mulai melakukan road show ke sekolah-sekolah dan atlet berkuda ini kerap melakukan bincang-bincang dengan mengundang sekolah-sekolah yang akan menjadi targetnya. Acara talk show tersebut dihadiri para atlet, seperti Larasati Gading (mantan model dan atlet nasional berkuda profesional).
Serupa dengan Nadia yang beranggapan olahraga berkuda memiliki nilai positif bagi tunas bangsa, Larasati Gading, yang saat itu menjadi bintang tamu di acara talk show APM Riding School, pada 15 Maret, berkata, "Berkuda mampu menjadikan kita pribadi yang mandiri dan disiplin waktu."
Nadia, yang pernah berprestasi meraih medali perak di kejuaraan berkuda Oman Championship 2011 di Muscat, Oman, mengaku, dengan olahraga berkuda, banyak kesempatan mengikuti kejuaraan di negara-negara yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. “Berkuda membuat kita mampu bersosialisasi dengan berbagai kalangan kelas sosial,” ujar Nadia, yang berharap sekolah berkudanya mampu menciptakan atlet-atlet berkuda andal nantinya.
EVIETA FADJAR