TEMPO.CO, Jakarta -Alexander McQueen belum mati. Setidaknya begitulah yang tampak pada Pekan Mode Paris, awal bulan ini. Di dalam gedung Balai Kota Paris, sebuah drama dan misteri terjadi. Semua model perempuan berubah menjadi ratu lebah yang suram. Muka mereka tertutup oleh topi berjaring, seperti lubang-lubang sarang lebah. Badan mereka kaku membentuk wujud jam pasir.
Penonton terbius oleh tampilan tersebut. Inilah koleksi terbaru merek asal Inggris selepas meninggalnya sang desainer dua tahun lalu. McQueen tewas bunuh diri sembilan hari setelah ibunya meninggal akibat kanker. Dunia mode terkejut dan merasa kehilangan. Namun sepertinya rasa kangen mereka terobati di tangan rancangan Sarah Burton.
Burton bekerja untuk McQueen sejak 1996. Lulusan sekolah seni prestisius Central Saint Martins, London, itu tidak pernah bekerja di tempat lain. Ia bekerja mulai menjadi pegawai magang hingga menjadi tangan kanan McQueen. Ia sempat tidak percaya diri atas kemampuannya. “Pertama yang saya pikir, bagaimana memulai semuanya?” kata perempuan 38 tahun ini kepada Vogue Inggris pada 2011. “Tapi saya bertanya lagi, untuk apa Lee (nama depan McQueen) bekerja? Apakah supaya tutup?”
Burton pun mendapat semangat. Sejak pertunjukan koleksi musim semi 2011, ia mampu membangkitkan kembali nama besar McQueen. Pergelaran yang terakhir semakin menunjukkan kepiawaiannya. Ia mungkin tidak sejenius gurunya, yang bisa menampilkan pergelaran busana bertema baroque bercampur misteri ala adegan film Alfred Hitchcock. Tapi Burton membawa napas baru McQueen yang tetap berdrama dengan segala kompleksitasnya.
Gaun malamnya terlihat bergaya Renaissance. Atasannya berbentuk korset, bagian bawah mengembang seperti tudung saji. Mirip gaya berpakaian Ratu Prancis Marie Antoinette. Burton memberi sentuhan modern dengan detail rok transparan. Tulang rok ia tampilkan di luar. Ada aksen renda dan bahan metal pada bagian dada.
Semua rancangannya bertolak belakang dengan koleksi musim semi-panas pada umumnya. Tidak ada warna-warna atau motif yang ceria. Semua terasa gelap dan misterius. Bentuk sarang lebah sangat terasa di bagian penutup kepala hingga stocking.
Burton mengaku tidak ada alasan khusus mengapa ia mengambil bentuk tersebut. “Mungkin karena lebah perempuan pekerja seperti kami di studio,” katanya sambil tertawa sebelum pergelaran berlangsung. Yang jelas, keinginannya hanya satu. Seperti McQueen, ia ingin sensualitas bentuk tubuh perempuan terwujud dalam rancangannya, tapi dengan ringan dan tidak telanjang.
Begitulah Pekan Mode Paris, selalu menampilkan kreasi tanpa batas para desainer. Semua dilakukan karena ia menjadi penutup pekan mode dunia, setelah sebelumnya digelar di New York, London, dan Milan. Banyak yang menjadikannya ajang pembuktian diri, save the best for the last.
Rancangan baju siap pakai rumah mode Chanel juga membuat penonton terheran-heran. Entah apa yang ada di pikiran Karl Lagerfeld ketika memasang 13 turbin kincir angin raksasa di pinggir panggung. Ia menempatkan panel surya di lantai panggung catwalk. Tidak ada hubungannya dengan kampanye energi bersih, tentu saja.
Lagerfeld, desainer asal Jerman yang terkenal dengan pernyataan kontroversialnya, seperti menunjukkan kreativitas tiada berhenti. Pada usia yang hampir delapan dekade, Lagerfeld masih bisa berkreasi. Rok lurus ia buat seperti terusan berbentuk kemben. Gaun pendek dan panjangnya terlihat ringan karena memakai bahan organza—turunan sutra yang berwarna mengkilap. “Semuanya tentang volume dan keringanan karena keduanya susah bersatu,” katanya.
Sentuhan pendiri rumah mode itu, Coco Chanel, juga tidak ia lupakan. Masih terlihat setelan berbahan rajut lengkap dengan perhiasan mutiara. Ada pula tas khas Chanel dengan logo dua “C” bertolak belakang di bagian mukanya. Tapi Lagerfeld membuatnya dalam ukuran raksasa. Menjinjing tas ini seperti membawa sebuah hula hoop. Unik tapi tidak jelas siapa yang mau memakainya. VOGUE | SORTA TOBING