TEMPO.CO, Jakarta -Imlek atau tahun baru Cina yang berlangsung hari Minggu lalu menjadi momen indah bagi Ferry Salim. Aktor berwajah tampan ini mengatakan saat yang disukai selama Imlek adalah nuansa kebersamaan atau berkumpul bersama keluarga. “Selain itu, ya tentunya kumpul-kumpul sambil menikmati makan bersama dengan menu khusus Imlek,” kata Ferry ditemui di sebuah acara.
Senada dengan Ferry, pakar kuliner Wililam Wongso mengatakan dalam setiap perayaan tahun baru China atau Imlek oleh warga Tionghoa selalu ada acara makan bersama. Pada acara makan bersama ini selalu ada menu makanan wajib ada yang kemudian disantap bersama. “Memang sebuah tradisi, tapi memiliki makna dan filosofi yang kuat untuk dijalankan,” kata William sambil menyebutkan menu Salmon Loh Yee Sang yang memiliki arti kekayaan dan kemakmuran.
“Nah, di malam tahun baru, menu ini seperti sebuah hal yang wajib ada untuk memberi kekayaan dan kemakmuran,” ujar William yang memaknai menu yang disajikan Imlek biasanya mengandung harapan yang lebih baik dan lebih maju untuk tahun berikutnya.
Menurut William, biasanya kalau sudah kumpul, mereka menikmati kebersamaan merayakan Imlek penuh suka cita. “Tidak dipikirkan menu Imlek yang kabarnya menu yang sarat dengan lemak, kolesterol yang membahayakan untuk kesehatan. Sebab, inilah saatnya mereka menikmati menu Imlek berkumpul bersama keluarga.”
Sementara Chef Wayan Eka Saputra mengatakan menu atau makanan Imlek indentik dengan filosofi. Ada jeruk yang berarti kemakmuran, lalu apel yang maknanya keberuntungan, kue keranjang bersusun adalah untuk pencapaian tingkatan kehidupan yang seperti tangga menuju kemajuan atau kesuksesan.
“Kalau makanan snak seperti kacang-kacangan berarti kemakmuran, pemrmen, gula dan manisan adalah untuk membuat hidup yang indah dan manis,” kata Wayan yang kini mengelola Ko-Ko-MO dan Beach House Resort Gili Trawangan Lombok dan Bali.
Koki yang pernah bekerja kapal pesiar di Amerika dan di beberapa restoran di Kepulauan Karibia ini mengatakan pada menu Imlek ada yang memakai menu hewan seperti menu sop sirip ikan hiu atau hisit, teripang atau hainsom, ayam isi daging, bebek panggang, setup kaki babi dan sup ubur-ubur telor pitar, sarang burung walet dan sebagainya.
“Tetapi kini umumnya warga Tionghoa menikmati menu yang banyak tersaji di restoran. Dan di kalangan gemerasi masa kini etnis Tionghoa suad tidak suka lagi menu hewan yang hampir purnah karena biasanya generasi ini peduli lingkungan,” pungkas Wayan.
Bila ditarik dalam penjelasan filosofi, hampiur semua masyarakat Cina di belahan dunia manapun akan merayakan Imlek untuk bisa mendapatkan berkah yang tinggi, doa untuk kesejahteraan, usia panjang, kemakmuran, keberkahan hidup, rejeki dan kesuksesan.
HADRIANI P