TEMPO.CO, Jakarta - Sosialita pada masa kini lebih terbuka ketimbang sosialita pada masa orde baru Presiden Soeharto. Dalam beberapa tahun belakangan, aktivitas komunitas borjuis ini makin terekspos media, film, dan buku.
"Kebutuhan mereka untuk unjuk identitas lebih kuat," kata Veven Sp Wardhana, pengamat budaya, kepada Tempo, Kamis 25 April 2013. "Ada kebutuhan untuk lebih terkenal."
Kebutuhan lebih terkenal ini berkaitan dengan identitas sang sosialita sendiri. Eksistensi diri, demikian Veven menyebutnya. Karena itulah, kini, kaum elit ini tak segan-segan dan malu bila segala aktivitas mereka justru diumbar.
Para sosialita ini membentuk kelompok-kelompok arisan yang beragam jenisnya. Mulai dari arisan berlian, barang-barang mewah, hingga pria berondong alias lelaki muda. Memang belum ada penelitian yang jelas mengenai jenis-jenis sosialita di Indonesia. Yang jelas, kata Veven, identitas khusus yang melekat adalah mereka dari kalangan glamor, punya profesi mentereng, hingga hobi rumpi. Ada pula kalangan selebritas yang bergabung dengan komunitas ini.
Kemunculan film, buku, dan tulisan-tulisan media tentang aktivitas sosialita adalah bukti bahwa kelompok borjuis ini ingin lebih terkenal.
Pada masa orde baru era Presiden Soeharto, keberadaan sosialita memang cenderung tertutup. Siapa saja yang teridentifikasi dalam kelompok elit ini, tentu mereka yang berlebihan dalam segala hal. "Mereka ini komunitas yang kelebihan waktu, uang, talenta, dan lain-lain," Veven berujar.
NIEKE INDRIETTA
Topik Terhangat:
Ustad Jefry | Caleg | Ujian Nasional | Bom Boston
Baca juga:
Jasad Alien Kerdil di Cile Ternyata Manusia
Bos Yahoo Mengundurkan Diri
Dengar, Suara Asli Alexander Graham Bell
Xbox 720 akan Dirilis 21 Mei