TEMPO.CO, Wina - Indonesia dan Austria meluncurkan buku berjudul 'Pluralisme Agama dan Kebebasan Beragama'. Buku ini merupakan hasil simposium dan dialog antar agama yang dilaksanakan antar kedua negara.
"Buku ini merupakan puncak dari proses panjang diskusi dari berbagai elemen agama," kata editor buku tersebut, Fatimah Husein, Wina, 1 November 2013.
Pertemuan atau dialog antar berbagai tokoh agama kedua negara, kata Fatimah, sudah dimulai sejak 2008 di Amsterdam, Belanda. Yang kemudian dilanjutkan pada 2009 di Wina, Austria. Lalu di Yogyakarta September 2010.
Setelah itu, ditandanganani pernyataan bersama antara kedua negara soal kerjasama di bidang keagamaan ini. Penandatanganan join statement disaksikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan dan Presiden Heinz Fisher.
Setelah itu, beberapa dialog keagamaan juga kembali digelar di Bali pada September 2012 dan Wina Februari 2013. "Kami bekerja dalam tenggat waktu yang singkat untuk menyusun buku ini," ujar Fatimah, yang juga pengajar di IAIN Yogyakarta tersebut.
Editor lainnya, Stefan Hammer mengaku senang diluncurkan buku tersebut. Pasalnya buku itu berisi berbagai tulisan dari beberapa pemikir dan tokoh keagamaan dari kedua negara. "Ini merupakan aset tersendiri bagi buku ini," kata Stefan yang juga profesor Fakultas Hukum Universitas Wina ini.
Beberapa tokoh Indonesia yang turut menyumbangkan tulisannya adalah Azyumardi Azra, Zainal Abidin Bagir, Franz Magnis Suseno, dan Lidya Tandirerung. Dari Austria terdapat beberapa tulisan Ingeborg Gabriel, Albert Groiss, Wolfgang Muller-Frank, dan Martin Rupprecht.
Acara peluncuran berlangsung sederhana di Kedutaan Besar Indonesia di Wina, Austria, yang diisi dengan presentasi dari kedua editor dan diskusi. Turut juga hadir Direktur Jenderal Kebijakan Kebudayaan Kementerian Luar Negeri Austria, Martin Eichtinger dan Duta Besar Indonesia untuk Austria Rachmat Budiman.
Menurut Martin, buku Pluralisme Agama tersebut merupakan bentuk komitmen pemerintah Austria dalam bidang keagamaan. Pemerintah Austria, kata Martin, akan tetap mendorong dilakukannya dialog-dialog keagamaan yang bisa menghasilkan situasi yang damai antar agama. "Semoga apa yang ada dalam buku ini bisa menjadi best practice di masa depan," kata Martin.
TITO SIANIPAR (WINA)
Berita Terpopuler
Penjelasan Garuda Soal Ulah Roy Suryo
Roy Suryo Marah Lagi di Dalam Pesawat
Istri-istri Para Koruptor
Ulah Roy Suryo di Garuda Versi Ajudan