Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mami Yulie, Sinar Lilin Bagi Kaum Waria

image-gnews
Yulianus Rettoblaut (Mami Yuli). TEMPO/Ifa Nahdi
Yulianus Rettoblaut (Mami Yuli). TEMPO/Ifa Nahdi
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Yulianus Rettoblaut adalah nama asli waria yang disapa akrab Mami Yulie, 52 tahun. Dari menjajakan diri di pinggir jalan, ia kini bermetamorfosis menjadi ketua Forum Komunikasi Waria se Indonesia, konsultan hukum, dan aktivis hak asasi manusia.

Dalam perbincangan di kantor Tempo pada Selasa 19 November 2013 lalu, Mami Yuli, begitu dia biasa disapa, mengisahkan kalau pada pada 2007 lalu ia mengikuti seleksi calon anggota Komnas HAM. Sempat lolos seleksi awal, lulusan fakultas hukum Universitas At Tahiriyah, Jakarta, ini gagal di tingkat fit and proper test di DPR.

Menurut Yulie, waria dianggap belum saatnya menjadi pejabat publik. Dorongan ingin memperjuangkan kaum waria membuat Yulie yang asal suku pedalaman Asmat, Papua, ini masuk fakultas hukum Universitas Islam At Tahiriyah di Bukit Duri, Kampung Melayu. Ia lulus dengan predikat cum laude dan wisuda pada 31 Juli 2010.

Tema skripsi yang dibuat Yulie, tentang hak kerja kelompok minoritas dan Perda DKI Jakarta. “Saya tidak pintar, tapi saya banyak bertanya pada saat kuliah dan rajin beli buku. Saya duduk paling depan,” kata Yulie kepada Tempo.

Yulie kelahiran 30 April 1961. Dia  anak ketujuh dari sebelas bersaudara pasangan Petrus Rettoblaut dan Paskalina Hurulean. Ia menamatkan SMA di kabupaten Merauke dan merantau ke Jakarta pada tahun 1978. Ia kuliah di universitas swasta sampai semester IV jurusan ekonomi.

Ia mulai ketemu teman waria di kampus yang lalu mengajaknya ke Taman Lawang. “Saya lihat waria di sana seperti bidadari, dandan sangat cantik,” katanya. Kuliah Yulie berantakan dan untuk memenuhi tuntutan hidup, ia mulai menjajakan diri menjadi pekerja seks komersial.

Di Taman Lawang ia jadi tahu kalau waria cantik ada di bagian bawah, dekat Menteng. Sedangkan yang tidak cantik di sekitar jalanan dekat rel.”Saya dapat uang dari pelanggan sekitar Rp 700 – Rp 1000 rupiah. Karena saya tidak cantik maka saya tidak laku,” kata Yulie yang suka memakai anting besar ini.

Ia malah diajak menjadi tukang cuci handuk sewa pondokan untuk para pelanggan waria. “Saya mulai berpikir pindah dari Taman Lawang,” kata dia yang memiliki rambut panjang diluruskan (rebonding) ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari Taman Lawang, Yulie mangkal di taman Prapanca, Jakarta Selatan. Tapi karena ia jarang laku karena tidak cantik dan memiliki postur tubuh besar, ia diminta menjadi tukang pukul atau keamanan di sana bila ada waria yang diperlakukan tidak baik dan dilecehkan. Ia pernah dikeroyok 34 orang karena membela waria.

Yulie mulai membuka salon kecil-kecilan dari uang menjadi tukang pukul.”Sudah bisa kos rumah seharga Rp 35 ribu dari hasil jadi preman dapat Rp 17 ribu per bulan,” katanya. (Baca : Ada Waria Idol di Pantura Jawa Tengah)

Pada 1996, Yulie mendapat pencerahan. Ia memilih aktif dalam kegiatan gereja di Cilandak. 'Saya ingin memberi nilai pada kehidupan saya dan kata Romo yang menasehati, saya harus jadi lilin bagi teman waria lainnya,” kata Yulie yang membuka rumah singgah bagi para waria lansia untuk mandiri mencari uang dengan cara berjualan.

Yulie juga mengambil sertifikasi pengacara di Peradi demi  membela hak-hak kaum waria. Konstruksi sosial masyarakat melihat kaum waria selalu identik dengan dunia pelacuran dan prostitusi. Dan Yulie ingin mengubah itu dengan caranya.

EVIETA FADJAR

BeritaTerpopuler
Bahaya Layar Sentuh buat Anak 
Whulandary Herman Tetap Pede Punya Bekas Luka
A
lasan Konsumen Menyukai Barang Obral  

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pola Makan yang Perlu Diperhatikan Pasien Parkinson

1 jam lalu

Ilustrasi makanan sehat. (Canva)
Pola Makan yang Perlu Diperhatikan Pasien Parkinson

Sejumlah hal perlu diperhatikan dalam pola makan penderita Parkinson, seperti pembuatan rencana makan. Berikut yang perlu dilakukan.


5 Tips Padu Padan Pakaian dengan Sepatu Kets

3 jam lalu

Padu Padan Pakaian dengan Sepatu Kets/Pexels-Antara
5 Tips Padu Padan Pakaian dengan Sepatu Kets

Ini beberapa tips fashion yang bisa dikombinasikan dengan sepatu kets yang membuat Anda terlihat berbeda.


Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

4 jam lalu

ILustrasi larangan merokok. REUTERS/Eric Gaillard
Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.


Bos Apple Tim Cook Kunjungi Apple Developer Academy Binus di Tangerang

5 jam lalu

CEO Apple, Tim Cook (kiri) melambaikan tangan setibanya di  Apple Developer Academy di Green Office Park, BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu 17 April 2024. Kunjungan tersebut dalam rangka rencana Apple membuat pengembangan (offset) tingkat komponen dalam negeri atau TKDN untuk produk-produk buatan Apple. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Bos Apple Tim Cook Kunjungi Apple Developer Academy Binus di Tangerang

CEO Apple Tim Cook kunjungi Apple Developer Academy Binus di BSD City, Tangerang. Sudah memiliki 1.500 lulusan.


Erick Thohir Buka Peluang Naturalisasi Emil Audero, tapi Tak Ingin Memaksa

5 jam lalu

Ketua Umum PSSI Erick Thohir dan penjaga gawang Inter Milan Emil Audero. Sumber Instagram @erickthohir.
Erick Thohir Buka Peluang Naturalisasi Emil Audero, tapi Tak Ingin Memaksa

Erick Thohir memberi sinyal positif soal rencana naturalisasi penjaga gawang keturunan Indonesia, Emil Audero Mulyadi.


ITB Gelar Bursa Kerja, Diikuti Perusahaan dari Dalam dan Luar Negeri

5 jam lalu

Kampus ITB Jatinangor. Dokumentasi: ITB.
ITB Gelar Bursa Kerja, Diikuti Perusahaan dari Dalam dan Luar Negeri

Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar bursa kerja selama dua hari 19-20 April 2024 di gedung Sasana Budaya Ganesha.


Ini Prediksi Setlist Konser TVXQ 20&2 di Jakarta, Siap-siap Nyanyi Bareng!

6 jam lalu

Grup idola K-pop TVXQ yang beranggotakan Yunho dan Changmin.  Foto: Instagram/@tvxq.official
Ini Prediksi Setlist Konser TVXQ 20&2 di Jakarta, Siap-siap Nyanyi Bareng!

Prediksi setlist konser TVXQ 20&2 di Jakarta, Sabtu, 20 April 2024 di ICE BSD.


Film Dokumenter Celine Dion akan Tayang di Prime Video

6 jam lalu

Celine Dion menghadiri Grammy Awards 2024 di Los Angeles, California, 4 Februari 2024. Foto: Instagram/@recordingacademy
Film Dokumenter Celine Dion akan Tayang di Prime Video

Film dokumenter I Am: Celine Dion akan tayang di Prime Video pada 25 Juni 2024


Jawab Protes Warga Soal Penutupan Jalan Serpong-Parung, BRIN Akan Sediakan Sentra UMKM di Jalan Lingkar

6 jam lalu

Ratusan warga Kabupaten Bogor dan Kota Tangerang Selatan menutup akses menuju kantor BRIN, Kamis 18 April 2024. TEMPO/Muhammad Iqbal
Jawab Protes Warga Soal Penutupan Jalan Serpong-Parung, BRIN Akan Sediakan Sentra UMKM di Jalan Lingkar

Warga Bogor dan Tangsel memprotes rencana BRIN menutup jalan yang selama ini berada di kawasan lembaga riset itu.


Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

6 jam lalu

Wan Chai, Hong Kong. Unsplash.com/Letian Zhang
Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

Museum Sasta Hong Kong akan dibuka pada Juni