TEMPO.CO, Jakarta - Setiap pasangan suami istri tentu berkeinginan untuk memiliki keturunan. Namun bagaimana jika salah satu pasangan mengidap HIV+ dan yang lain tidak. Bagaimana cara melakukan hubungan intim agar pasangan tidak terjangkit? Atau bagaimana cara agar anak yang dibuahi tidak ikut tercemar? (Baca: Hasil Survei: Mayoritas Publik Belum Paham AIDS)
Yuli Simarmata, manager program Business Coalition on AIDS (IBCA), organisasi yang dibentuk dari gabungan beberapa perusahaan yang memiliki kepedulian terhadap AIDS ini mengatakan ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh pasutri sebelum melakukan pembuahan.
Jika suami HIV+, ia bisa mengonsumsi ART (Anti Retroviral Therapy), ART mampu mengurangi kemampuan revlikasi HIV agar tubuh mampu melawan infeksi sampai viral load menurun sedikitnya 10x lipat dari tingkat sebelum mulai mengonsumsi obat.
Dalam kondisi tersebut, pembuahan bisa dilakukan. Lebih aman lagi, jika tetap menggunakan kondom namun ujungnya di potong. "Ini memungkinkan suami tidak dapat menulari istri begitu pun dengan janin," kata Yuli. (Baca: Hari AIDS, Ratusan Napi di Kendari Jalani Tes HIV)
Selain itu, adalagi cara yang bisa ditempuh. Misalnya dengan cuci air mani. prinsip metode ini adalah memisahkan virus dari air mani. Hal ini dimungkinkan dengan cara menuangkan cairan air mani ke dalam sebuah mesin pemisah yang memutar serta mengocok cairan tersebut dengan sangat cepat. Nah, selama proses itu virus AIDS atau HIV secara seksama dipisahkan dari setiap sel air mani.
Selanjutnya cairan akan didiamkan hingga air mani berenang dan terpisah antara yang aktif dan pasif. Air mani aktif itu akan kembali melalui prosedur pencucian. Lantas, cairan air mani yang telah dicuci itu baru disuntikkan kepada istri pada masa-masa ovulasi.
RINA ATMASARI