TEMPO.CO, Jakarta - Rosalyn Citta Paramitha tercatat sebagai perancang perhiasan batu dan metal. Citta juga merancang tembaga yang dibiarkan teroksidasi. Akan tampak pola tak rata di setiap karyanya, yang seakan berkarat.
Hampir tak pernah ada sambungan dalam setiap perhiasannya. Pada akhir November lalu Citta ikut merayakan Jakarta Fashion Week dan pameran perhiasan Mutu Manikam. (Baca: Festival Mutumanikam Nusantara Indonesia Digelar)
Baca Juga:
Pada karya Citta, Hammered Necklace sebagai contoh. Ini adalah kalung perak selebar dua jari yang menyerupai tanda tanya. Bagian yang melengkung untuk dikalungkan di leher. Warnanya juga tak berkilau tapi membentuk pola seperti baja ditempa. Ada pula Hammered Choker. Kalung berbentuk huruf Yunani, Omega, berwarna kuning emas dengan detail seakan tak rata.
Konsep karya Citta dapat dibilang sebagai wabi-sabi, konsep estetika Jepang kuno. Konsep ini berpijak pada kesederhanaan (wabi) dan perayaan atas yang tua dan pudar (sabi). “Ketidaksempurnaan dihormati sebagai kesempurnaan,” katanya.
“Daripada yang mulus dan sempurna, saya suka yang rusak-rusak. Ada cantiknya di situ,” kata penggemar karya lukisan old master semacam Affandi ini. (Baca: Perhiasan Imitasi Sebabkan Alergi Kulit)
Citta sadar betul bahwa karyanya berbeda dengan perhiasan mainstream yang populer di sini. Tapi dia merasa harus ada yang memulai suatu perbedaan, meski jalannya tidak mudah. “Sekarang ini kami seperti tikus tanah yang meraba-raba mencari jalan,” katanya.
Harapan itu selalu ada, dan Citta mempercayai hal tersebut. “Terutama bagi orang-orang muda yang mencari sesuatu yang baru. Ini berlawanan dengan beberapa tahun lalu ketika orang mencari yang bermerek.” (Baca: Sensasi Penuh Drama di Paris)
KURNIAWAN | HP
Terpopuler
Heboh Miss World 2014, Siapa Juaranya?
Posisi BAB Terbaik, Jongkok atau Duduk?
Orang Indonesia Hanya Lahap Satu Buku Per Tahun
Gaya Tie Dye Shibori Jepang dalam Stola dan Scarf
Jelang Perayaan Natal, Cemara Hias Laris Manis