TEMPO.CO, Jakarta - Menyaksikan karya-karya awal perancang Didi Budiardjo yang berada di ruang paling depan di Museum Tekstil, Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada pekan lalu seperti melihat sebuat metamorfosa dalam rentan karir yang ditekuni selama hampir seperempat abad. Pada pameran bertajuk "Pilgrimage", Didi menempatkan beberapa rancangannya terpasang di manekin. (Baca: Perjalanan Fantasi Didi Budiardjo)
Didi memaknai karyanya sebagai anak. Selama 25 tahun berkarya, tentu sudah tidak terhitung berapa banyak anak Didi. Dan di Museum Tekstil inilah, Didi memperlihatkan karya atau anaknya. “Saya memang menganggap setiap karya saya seperti anak sendiri, dan saya ibunya,” kata Didi.
Bila diperhatikan, yang tertua berasal dari koleksi Relung Gelung Krah yang dibuat Didi pada 1989. Saat itu, desain atau rancangan Didi di masa awal kariernya bisa dibilang masih sangat sederhana. Setelan blus hitam berbahan dasar beludru berkerah tinggi yang dipadu dengan rok panjang berwarna merah dari bahan taffeta. (Baca: Didi Budiarjo Diminta Rancang Baju Istri Ahok)
Karakter desain Didi juga mulai bergeser saat dia baru pulang dari Paris. Dalam koleksi Edges (1991) dan Past + Present = Future (1992) desain Didi terlihat sangat Eropa. Koleksi Edges diwakili lewat gaun berwarna biru dengan bukaan depan yang memamerkan tank top. Adapun koleksi yang disebut kedua diwakili oleh gaun berwarna kuning yang sepintas menyerupai model mantel musim dingin. Semuanya terlihat chic ala Paris.
Sebenarnya, Didi tidak hanya berhenti pada Eropa. Kita bisa melihat banyak referensi kebudayaan dan zaman dalam karyanya, dari Cina, Amerika, hingga Rusia. Sebagian bahkan digarap dengan sentuhan etnik Indonesia—sesuatu yang sering dieksplorasi oleh Didi—hingga sentuhan religius yang dimunculkan khusus dalam satu ruangan.
Didi pernah membuat gaun besar dari bahan jacquard bermotif flora dengan locket logam besar berisi gambar Bunda Maria yang menempel di bagian torso gaun. Gambar Bunda Maria itu direproduksi dari koleksi pribadi Didi yang ikut dipamerkan dalam ruang Faith. Baju itu merupakan bagian dari koleksi Reverie pada 2013. (Baca: Keingintahuan dan Tafsir Cinta Ala Didi Budiardjo)
Dalam 25 tahun yang disebutnya singkat, Didi sebenarnya sudah mencapai tempat yang sangat istimewa dalam dunia mode Indonesia. Hanya ada sedikit desainer Indonesia yang bisa membuat rancangannya bertahan melintasi zaman, dan Didi adalah salah satunya.
Artinya, sebagian besar baju-baju Didi yang dipamerkan dalam “Pilgrimage” masih relevan untuk dipakai oleh wanita masa kini. Untuk mencapai tingkatan semacam ini, tentu bukan pekerjaan mudah. Di salah satu dinding Museum Tekstil, Didi menempelkan salah satu bukti kerja kerasnya, yaitu pola dasar pakaian rancangannya. “Sebanyak 19 di antara pola itu merupakan pola untuk satu baju saja,” kata Didi. (Baca: Merayakan Inspirasi Perancang Muda)
SUBKHAN | HP
Terpopuler
Paulina Vega Terpilih Sebagai Miss Universe
Elvira Raih Kostum Nasional Terbaik Miss Universe
Rambut Presiden Abraham Lincoln Terjual Rp 9 M
Jangan Panik Menghadapi Epilepsi
Waspada Obat Epilepsi untuk Si Kecil