TEMPO.CO, Jakarta - Para penerbit Indonesia mempunyai tantangan besar untuk bisa masuk pasar buku internasional melalui acara semacam Frankfurt Book Fair. Penerbit Indonesia harus mulai mendobrak tantangan ini.
“Para penerbit Indonesia umumnya tidak melihat ekonomi politik dan sosial di Jerman, bagaimana mereka harus menjual buku di Jerman dan apa saja yang diminati,” ujar Presiden/CEO Frankfurt Book Fair Juergen Boos kepada Tempo seusai konferensi pers persiapan Indonesia sebagai tamu kehormatan di perhelatan tahunan di Frankfurt ini, Rabu, 25 Februari 2015. Hal ini, menurut dia, yang membuat tidak banyak buku-buku dari Indonesia yang beredar di sana.
Hambatan besar lain yang membuat buku-buku Indonesia sulit masuk ke pasar buku internasional di Jerman adalah masalah bahasa atau terjemahan. Boos mengatakan tidak banyak buku karya penulis Indonesia yang diterjemahkan dalam bahasa asing, seperti bahasa Inggris dan Jerman. “Jadi susah untuk mempromosikan dan membaca karya-karya mereka,” ujar Boos.
Meski begitu, sudah ada beberapa penulis, seperti Ayu Utami, Laksmi Pamuntjak, dan Andrea Hirata dengan penerbitnya yang menerjemahkan karya mereka dalam bahasa Jerman.
Setelah diterjemahkan dalam bahasa asing, minimal bahasa Inggris dan Jerman, menurut Boos, maka promosi terhadap karya-karya mereka dengan mudah diakses pecinta buku. Boos mengatakan beberapa negara Asia sudah terlibat dalam acara ini dengan ribuan penerbitnya. “Penerbit dari Cina sangat banyak hadir. Juga negara lainnya seperti Jepang, Singapura, Malaysia,” ujarnya.
Indonesia akan menjadi tamu kehormatan dalam acara Frankfurt Book Fair yang berlangsung 13-18 Oktober 2015. Komite Indonesia awalnya menargetkan membawa 200 buku yang diterjemahkan ke bahasa asing. Tetapi hingga kemarin, baru 150 buku yang sudah siap diterjemahkan. Sebanyak 75 buku rencananya akan diterjemahkan dalam bahasa Jerman.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengelola dan mendanai kegiatan kepanitiaan Indonesia dalam perhelatan di Frankfurt tersebut. Kemendikbud telah menyiapkan dana sebesar 10 juta euro untuk penerjemahan buku, persiapan, dan penyelenggaraan FBF 2015. Namun, dana tersebut hanya dapat mendanai sebagian dari seluruh rangkaian kegiatan.
DIAN YULIASTUTI