TEMPO.CO, Jakarta - Kain lokal selalu punya pesona tersendiri bagi perancang Poppy Dharsono. Perancang senior yang sudah berkarier 30 tahun lebih ini memang dikenal dengan karyanya menggunakan kain-kain Indonesia.
"Saya cinta kain Indonesia, seperti saya mencintai profesi sebagai perancang," kata Poppy pada Minggu, 8 Maret 2015, yang menghubungi Tempo melalui telepon seluler. Poppy menuturkan kecintaannya kini pada tenun Endek dan kain songket dari Bali. Sebelumnya, selama lima tahun Poppy memakai batik dan lurik dari Jawa Tengah.
Niatnya kembali mengangkat kain Endek dan songket Bali ini tidak lepas dari janjinya kepada para perajin kain, terutama dari daerah Gianyar, yang banyak memberikan inspirasi dalam desainnya. Lebih jauh ia menceritakan mengenai kain Endek yang awalnya merupakan bagian dari busana yang biasa dikenakan kalangan berstatus sosial tinggi di Bali. Kain tersebut telah dibuat sejak abad ke-19 di Kerajaan Buleleng yang terletak di Bali Utara.
"Pada awalnya, kain Endek dibuat secara terbatas dan dikoleksi secara individual. Sejak pemerintah mengupayakan pelestarian kain tradisional, kain Endek kemudian dikembangkan para perajin setempat dan saat ini banyak diproduksi secara massal," cerita Poppy.
Selanjutnya, di tangan perancang berwajah cantik ini, kain Endek dengan motif beragam tersebut dibentuk sesuai kreasi yang ingin diwujudkan. Dia menjelaskan, kain Endek bermotif pucuk, misalnya, bertransformasi menjadi mini dress yang menawan. Dengan piawai, Poppy juga menyajikan koleksi lain berupa Endek warna gelap yang dibuat menjadi celana panjang dan outer bertabur payet.
Karya Poppy dengan Endek juga berupa pembuatan atasan sederhana berwarna senada yang dipadu dengan kain ini sehingga menjadi sebuah jaket bergaya modern. Kecintaan wanita berkacamata ini pada kain tradisional sudah berlangsung pada awak ia meniti karier tahun 1977.
“Saya sudah membawa produk retail koleksi rancangan saya masuk ke department store Pasaraya kala itu berdiri,” kata Poppy yang meyakini berada dalam posisi terbaik ketika membangun semua warisan kain tradisional Indonesia.
"Ya, semua kain lokal, entah songket Sumatera, ikat Lombok, tenun Sumba, lurik, atau batik, sebuah tantangan bagi saya menyajikan kreasi dari inspirasi lokal yang tetap bersinggungan dengan tren yang ada,” katanya.
HADRIANI P.