BISNIS.COM, Jakarta - Perancang busana Didi Budiardjo turut membantu mengembangkan tenun di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Bersama Cita Tenun Indonesia (CTI), dia melakukan pelatihan. Menurut Didi, motif tenun yang ada perlu digali lagi dengan membawa ikon Manggarai Barat.
"Saya dan CTI sedang mengembangkan tenun di Manggarai Barat. Sekarang masuk ke pelatihan keempat," ujarnya di sela acara Preview Jakarta Fashion & Food Festival di Balai Kota, Rabu, 29 April 2015.
Dia pun membuat motif mata komodo atau lukiora agar dapat menonjolkan muatan lokal ke dalam kain tenun. Hal ini dilakukan seiring dengan terbukanya peluang pengembangan industri kreatif. Pasalnya, masih banyak kebudayaan Indonesia yang belum terjamah. Karena itu, penting memunculkan ikon-ikon budaya daerah. "Motifnya membawa ikon Manggarai Barat, lukiora atau mata komodo, biar lebih masuk muatan lokalnya," katanya.
Muatan lokal itu, tutur Didi, bukan dibuat untuk mengkotak-kotakan khazanah budaya di bidang fesyen, melainkan mencari karakter yang kuat untuk sebuah motif. Sebagai contoh, dia menyebut motif batik parang yang sudah begitu populer. Meski termasuk motif keraton asal Jawa, kini batik itu tak hanya menunjukkan identitas Jawa, tapi juga Indonesia karena kepopulerannya.
Sama halnya seperti tenun rangrang atau tenun tirtonadi yang sudah diterima masyarakat. Didi, yang telah berkiprah di dunia mode selama 25 tahun, menganggap batik maupun tenun motif lainnya harus bisa sepopuler itu. Dengan demikian, penting untuk terus memunculkan motif-motif baru agar kelestarian tetap terjaga.
"Batik motif parang demikian melegenda dan sangat populer. Harus cari batik yang sedang digemari. Harus digali lagi," katanya menjelaskan.