TEMPO.CO, Jakarta - Memakai perhiasan bermotif etnik sedang jadi tren. Jika Anda melirik kalangan sosialita Jakarta, misalnya, kerap menemukan replika perhiasan berbagai suku Indonesia.
Semangat itu yang mendorong Sandy Thema dari label Pistos menelurkan Archipelago, koleksi anyarnya. Inspirasinya dari koleksi pribadi, yang dia sebut tidak terhitung jumlahnya. “Dimulai dari koleksi ibu saya sendiri,” kata Sandy seperti ditulis Koran Tempo, Selasa, 9 Juni 2015.
Sandy, 30 tahun, melakukan berbagai macam interpretasi atas bentuk-bentuk perhiasan Nusantara, dari kalung kuku macan hingga tusuk konde. Semuanya dijadikan bentuk baru. “Tetap modern, meski mengambil ilham dari perhiasan Nusantara ataupun motif kain tradisional,” ujarnya.
Itu sebabnya, Sandy juga merancang kalung manik-manik yang terinspirasi oleh suku Dayak di Kalimantan. Bedanya, manik-manik itu sebagian dibuat dari semi-precious stone, termasuk akik, serta mutiara. Ia membikin kalung itu mirip suspender dari leher hingga pinggang. Selain itu, ada kalung yang berbentuk seperti bola yang tertusuk tombak. “Itu dinamakan koleksi Iban,” kata Sandy, yang juga penyanyi.
Nama Iban merujuk pada salah satu sub-suku Dayak Iban, yang menggunakan tombak sebagai senjata berburu. Pada bagian bola perhiasan yang dirancang tersebut, tutur Sandy, ada motif batik peranakan dari abad ke-19 yang diukir dengan tangan. Bola sebesar bulatan bakso itu memang terlihat mencolok. Apalagi, Sandy membuatnya menjadi seperangkat kalung, cincin, dan anting berwarna emas. Namun Sandy membuatnya dari perak sterling yang dilapisi emas. Perak sterling sendiri merupakan jenis perak dengan kandungan massa murni mencapai 92,5 persen.
Sandy berkeras menggunakan teknik tradisional dan menghindari mesin. Ia mempekerjakan 12 perajin perhiasan di bengkelnya, yang berlokasi di Jakarta. Teknik yang ia gunakan antara lain filigri, tatah, hingga tempa, sesuai dengan jenis perhiasannya.
Perhiasan Nusantara memang sedang menjadi sorotan. Label semacam Manjusha Nusantara merupakan salah satu pembuat replika perhiasan Nusantara yang kini banyak digemari. Tidak seperti Pistos, yang melakukan adaptasi terhadap bentuk-bentuk perhiasan kuno, Manjusha memilih melakukan riset secara mendalam soal perhiasan-perhiasan antik. “Kami bukan desainer. Kami hanya membuat replika dari perhiasan kuno yang sudah ada,” ucap Ria Glenn dari Manjusha.
SUBKHAN