TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengakui masih banyak masyarakat Indonesia, khususnya yang akan berangkat ke Timur Tengah, tidak mengerti tentang penyakit virus Middle East respiratory syndrome (MERS). “Padahal kami sudah banyak lakukan publikasi dan promosi,” katanya di rumah dinasnya, di Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa, 7 Juli 2015.
Golongan anak muda yang melakukan umrah atau berhaji, kata Nila, sudah mulai paham tentang virus yang berasal dari daerah Timur Tengah itu. Masyarakat muda ini memang banyak yang sudah membaca tentang virus itu di berbagai media elektronik ataupun cetak.
“Masalahnya, masyarakat yang mau naik haji itu kebanyakan adalah orang tua yang berasal dari daerah. Mereka tidak paham tentang MERS,” kata Nila. Masyarakat sepuh calon haji dan umrah itu pun dinilai Nila akan kesulitan bila dijelaskan secara teknis tentang penyakit itu.
Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini pun berjanji akan menambah promosi agar pengetahuan tentang MERS lebih tersebar. Selain itu, Nila pun punya cara mudah agar masyarakat khususnya yang sudah tua itu paham bagaimana melindungi diri dari virus MERS. “Cara termudah, selalu gunakan masker selama naik haji dan umrah,” katanya.
Senin, 6 Juli lalu, pemerintah Filipina mengkonfirmasi temuan kasus kedua virus MERS. Kasus kedua ditemukan pada seorang pria yang menunjukkan gejala terserang virus MERS setelah tiba di Manila bulan lalu dari Dubai. Pria 36 tahun itu dirawat di rumah sakit sejak Sabtu lalu.
Virus MERS pertama kali diidentifikasi menjangkiti manusia di Arab Saudi pada tahun 2012 dan sebagian besar di wilayah Timur Tengah. Para ilmuwan belum menemukan asal-usul virus itu. Tapi, para peneliti telah mengaitkannya dengan unta.
Kasus virus MERS tergawat di Asia terjadi di Korea Selatan. Hampir 180 orang terinfeksi dan 27 orang di antaranya meninggal dunia. Selain di Korea Selatan, virus itu juga ditemukan di Thailand, di mana pria asal Oman yang tiba di Bangkok diketahui terinfeksi virus MERS.
MITRA TARIGAN