Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cangkok Balijava Denny Wirawan Geliatkan Kembali Batik Kudus

image-gnews
Perancang busana Denny Wirawan (tengah) berpose bersama para model di acara pesona Batik Kudus, Grand Ballroom Kempinski, 3 September 2015. Denny memperkenalkan 80 set busana terbarunya. M IQBAL ICHSAN/ TEMPO
Perancang busana Denny Wirawan (tengah) berpose bersama para model di acara pesona Batik Kudus, Grand Ballroom Kempinski, 3 September 2015. Denny memperkenalkan 80 set busana terbarunya. M IQBAL ICHSAN/ TEMPO
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -“Sopo sing duwe karo aku? Sopo sing tresno karo aku?” Teks dalam bahasa Jawa ini menggema menjadi lagu pengiring peragaan busana Pasar Malam karya perancang busana Denny Wirawan, yang bekerja sama dengan Djarum Bhakti Budaya.

Artinya kurang lebih begini: “Siapa yang memiliki saya? Siapa yang sayang saya?” Musik karya Yovie Widianto itu menjadi salah satu elemen peragaan tunggal perdana label Balijava, yang ia bikin pada 2008.

Denny, serta Djarum Foundation selaku salah satu pendukung utama acara ini, memang ingin menyuguhkan peragaan yang akbar. Selain karena ini merupakan debut tunggal Balijava, peragaan ini dianggap sebagai salah satu upaya memperkenalkan kembali batik Kudus yang dibina oleh Djarum selama lima tahun terakhir.

“Kami baru punya 50 perajin batik Kudus. Jujur saja, sulit sekali waktu memulai program ini lima tahun silam,” ujar Miranti Serad Ginanjar selaku pembina Galeria Batik Kudus saat memberikan keterangan pers di Galeri Indonesia Kaya, Kamis lalu.

Miranti mengingat betapa susahnya menggerakkan kembali batik Kudus dari nol. Sebab, kota di timur Semarang itu tergolong sejahtera. “Pendapatan per kapita dan upah minimumnya pun sudah tinggi, sehingga sebagian tidak terlalu ingin terjun membatik,” kata Miranti. Peralihan dari perajin batik menjadi petani dan perajin kretek sebenarnya sudah terjadi pada beberapa generasi.

“Ini terjadi paling tidak sejak 1950-an,” ujar Direktur Program Djarum Bhakti Budaya, Renitasari Adrian. Itu sebabnya, batik Kudus kalah pamor ketimbang rokok kretek, yang mulai diproduksi pertama kali pada 1880-an.   

Renitasari tak segan-segan menuntut standar yang tinggi untuk batik Kudus yang berada dalam naungannya. “Waktu tahun pertama Miranti menunjukkan hasil batiknya, saya secara jujur bilang bahwa batik yang diproduksi pertama kali itu jelek,” kata dia. Ternyata, penilaian apa adanya itu justru membikin para perajin batik bersemangat.

Kolaborasi dengan Denny pun, kata Renitasari, dirancang sebagai shock therapy bagi para perajin batik Kudus agar bisa membuat batik berkualitas. “Mas Denny bahkan sampai ikut serta untuk memilih motif dan mengeksplorasi motif-motif batik Kudus untuk koleksinya,” kata Renitasari.

Keterlibatan Denny dalam eksplorasi batik Kudus itu terlihat jelas dalam 80 tampilan yang disuguhkan pada malam itu. Dibuka dengan tari-tarian, Denny membagi peragaannya menjadi empat bagian. Pada bagian pertama, pakaian kasual yang menyasar anak muda banyak ditampilkan. Batik cap dengan motif bunga seruni dan anggrek cattleya, yang masing-masing terpengaruh oleh Cina dan Belanda, mendominasi peragaan.

Siluet yang ditampilkan pun sebagian berupa bomber jacket atau varsity jacket untuk pria, ataupun sweater dengan digital print motif batik ataupun blus kimono dipadu dengan celana tujuh per delapan. “Saya ingin sesuatu yang lebih edgy dan bisa diminati oleh anak muda,” kata Denny saat ditanya soal alasannya memilih siluet bomber jacket.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada bagian kedua, motif batik diubah oleh Denny menjadi berbagai bordir halus. Motif yang digunakan antara lain Merak Njraping yang diperbesar. Tidak cuma itu, motif ini juga didampingi motif lain, seperti buketan dengan motif Tulip plus isen-isen atau isian pada gambar batik berupa motif beras kecer dalam warna sogan. Bagian ketiga peragaan diisi Denny dengan “tabrak-lari” motif. Lagi-lagi aplikasi bordir dipadukan dengan beragam motif batik. Misalnya, motif padma dengan latar beras kecer ditumpuk dengan motif anggrek cattleya pada beberapa rancangannya.

Sedangkan pada bagian keempat, Denny menggabungkan bordir besar Seruni yang diaplikasikan pada gaun malam di atas batik dengan latar isen-isen beras kepyar. Denny juga berupaya merekam pengaruh tiga budaya dalam batik Kudus.

Penggunaan heavy beading pada beberapa jaket miliknya, misalnya, mengingatkan kita pada pakaian suku-suku Bedouin dari Arab. Ada juga potongan kerah Shanghai yang mengingatkan kita pada pengaruh Cina.

Keseluruhan koleksi malam itu bisa dikatakan sebagai cangkokan yang gemilang. Formula yang digunakan Denny sebenarnya tepat. Memperbesar motif dan mengeksplorasi isen-isen batik Kudus  dalam cangkokan berbagai motif yang segar membuat batik Kudus yang sudah lama tidur bangkit lagi. Apalagi, isen-isen halus batik Kudus, yang menjadi salah satu keistimewaan batik ini, berhasil dimunculkan.

“Bagi saya, Denny memunculkan tampilan batik yang lebih humble lewat koleksi ini. Buat saya, itu sangat Indonesia,” ujar kritikus mode sekaligus Managing Editor Majalah Dewi Syahmedi Dean kepada Tempo.

Sayangnya, ada dua kekurangan kecil yang sebenarnya bisa diatasi dengan lebih baik. Penataan gaya beberapa tampilan baju malam itu terlihat kurang maksimal. Sebut saja deretan gaun malam pada bagian terakhir yang diperagakan lengkap dengan cape panjang yang menjuntai. Pada beberapa tampilan, gaun yang berada di balik jaket panjang itu justru kurang menarik minat mereka yang menonton. Padahal, saat mantel itu dibuka, tampilannya bisa jadi lebih “menjual”.

Selain itu, tata cahaya dan musik terasa kurang maksimal dalam peragaan ini. Meski Yovie Widianto berhasil membuat musik orisinal bernuansa pentatonik Jawa yang konsisten sejak awal hingga akhir, tetap saja ada elemen yang dirasa kurang dalam musiknya. Musik peragaan busana sebenarnya mementingkan hitungan ritme. Saat ritmenya tidak pas, langkah para peragawan dan peragawati menjadi janggal. Tata cahaya pun terlihat bocor di sana-sini. Padahal, setiap koleksi Denny itu menarik untuk dilihat dan ditunggu. Singkat kata, ini koleksi siap pakai yang membikin sebagian besar penonton malam itu merasa tresno, serta membikin mereka ingin duwe seluruh baju karya Denny.

SUBKHAN J. HAKIM

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Viral Perumahan Mewah di Atas Mal Thamrin City, Aturannya?

29 Juni 2019

Foto aerial suasana perumahan yang berada di atas mal Thamrin City, Jakarta, Rabu, 26 Juni 2019. Perumahan ini punya beragam fasilitas umum, seperti lapangan tenis, kolam renang, jogging track dan dikabarkan adapula area kebugaran. ANTARA
Viral Perumahan Mewah di Atas Mal Thamrin City, Aturannya?

Thamrin City di Jakarta Pusat, rupanya bukan hanya tempat pusat belanja atau mal tapi di atas atapnya terdapat kompleks perumahan mewah dua lantai.


Crane Ambruk di Kali Sentiong, Lurah Kebun Kosong: Ada Ganti Rugi

6 Desember 2018

Sebuah crane ambruk menimpa rumah di Jalan Gelindra RT 01 RW 08, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis, 6 Desember 2018. Rumah korban, Husin, 56 tahun, hancur. Husin dan tiga anggota keluarganya mengalami luka-luka. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Crane Ambruk di Kali Sentiong, Lurah Kebun Kosong: Ada Ganti Rugi

Lurah Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat, Samsul Ma'arif, mengatakan korban crane ambruk bakal memperoleh ganti rugi dari kontraktor.


Kebakaran di Matraman Tadi Pagi, 28 Rumah Ludes

13 Agustus 2018

Ilustrasi kebakaran. TEMPO/Tony Hartawan
Kebakaran di Matraman Tadi Pagi, 28 Rumah Ludes

Petugas hingga saat ini pun belum bisa memperkirakan berapa jumlah kerugian akibat kebakaran tersebut.


Kebakaran di Matraman, 21 Mobil Pemadam Dikerahkan

13 Agustus 2018

Ilustrasi kebakaran. Dok. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Kebakaran di Matraman, 21 Mobil Pemadam Dikerahkan

Hingga berita ini diturunkan petugas masih mengatasi kebakaran itu dan belum ada laporan tentang korban jiwa.


Menjelang Asian Games, Sandiaga Uno Stop Produksi Tempe Kali Item

26 Juli 2018

Foto aerial Wisma Atlet Kemayoran di dekat Kali Item di Kemayoran, Jakarta, Jumat, 20 Juli 2018. Menjelang pelaksanaan Asian Games 2018, sebagai salah satu tempat penyelenggaraannya, Kota Jakarta terus berbenah dan mempercantik diri. ANTARA/Hafidz Mubarak A
Menjelang Asian Games, Sandiaga Uno Stop Produksi Tempe Kali Item

Sandiaga Uno mengatakan menjelang perhelatan Asian Games 2018 pihaknya segera menghentikan proses produksi tempe di sekitar Kali Item.


Indonesia Segera Kedatangan Dua Giant Panda dari Cina  

22 September 2017

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama perwakilan Kedubes Cina, pihak Taman Safari Indonesia, serta Maskapai Garuda Indonesia, menggelar konferensi pers terkait kedatangan dua ekor giant panda (Ailuropoda melanoleuca) dari Cina ke Indonesia, di Komplek KLHK, Jakarta Selatan, Jumat, 22 September 2017. (Tempo/Egi Adyatama)
Indonesia Segera Kedatangan Dua Giant Panda dari Cina  

Indonesia segera kedatangan dua ekor giant panda (Ailuropoda melanoleuca) langsung dari Cina.


Ini Tuntutan Massa Pengepung Kantor LBH

18 September 2017

Kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia di jalan Pangeran Diponegoro, Jakarta Pusat, dikepung massa pada malam ini, 17 September 2017.  Polisi yang terlihat berada di depan gedung pun tak membubarkan aksi massa yang disebut menggunakan emblem LBS itu. TEMPO/Subekti
Ini Tuntutan Massa Pengepung Kantor LBH

Massa menuntut masuk ke dalam gedung LBH. Tawaran dari polisi tak dihiraukan.


Seminar Sejarah 1965 Dibubarkan, Kantor YLBHI Dikepung Malam Ini

17 September 2017

Sejumlah petugas kepolisian berpakaian preman berdiskusi dengan panitian kegiatan asik-asik lewat aksi yang diselenggarakan di LBH Jakarta, 17 September 2017. Pembubaran Seminar Sejarah 1965 kemarin dilakukan oleh polisi dengan alasan tak menyampaikan pemberitahuan lebih dulu. ANTARA/Wahyu Putro A
Seminar Sejarah 1965 Dibubarkan, Kantor YLBHI Dikepung Malam Ini

Kantor YLBHI dikepung massa yang mengancam akan membubarkan acara Asik-Asik yang digagas pasca pembubaran Seminar Sejarah 1965.


WALHI: Pembubaran Seminar Sejarah 1965 Mengancam Demokrasi

17 September 2017

Puluhan polisi memblokade kantor LBH Jakarta, yang sedianya akan melakukan seminar sejarah 1965 bertajuk `Pengungkapan Kebenaran Sejarah 1965/66`, Jakarta Pusat, 16 September 2017. Maria Fransisca.
WALHI: Pembubaran Seminar Sejarah 1965 Mengancam Demokrasi

WALHI turut bersuara atas tindakan Kepolisian membubarkan seminar Sejarah 1965 yang diselenggarakan oleh Lembaga Bantuan Hukum Jakarta.


Pembubaran Seminar Sejarah 1965, Polisi Disebut Pakai Gaya Orba

17 September 2017

Puluhan polisi memblokade kantor LBH Jakarta, yang sedianya akan melakukan seminar sejarah 1965 bertajuk `Pengungkapan Kebenaran Sejarah 1965/66`, Jakarta Pusat, 16 September 2017. Maria Fransisca.
Pembubaran Seminar Sejarah 1965, Polisi Disebut Pakai Gaya Orba

olemik pembubaran seminar Sejarah 1965 masih terus berlangsung.