TEMPO.CO, Surabaya - Pengarang sastra Jawa dan sastra Indonesia Suparto Brata meninggal pada usia 83 tahun karena sakit. Ia mengembuskan napas terakhir di kediamannya, Jalan Rungkut Asri III Nomor 12, Surabaya, Jumat malam, 11 September 2015.
Menurut putri Suparto, Teratai Ayuningtyas, ayahnya mengalami gangguan kesehatan sejak Januari 2015. "Bapak mengeluh sakit ketika duduk," kata Tera, sapaan Teratai kepada Tempo.
Suparto lalu dibawa ke Rumah Sakit TNI Angkatan Laut dr Ramelan untuk menjalani terapi. Sempat sembuh sebentar, Suparto kembali mengeluh sakit. Akhirnya ia dirawat ke Rumah Sakit Airlangga pada 2-9 Juli 2015. Suparto dideteksi terserang kanker tulang belakang.
Karena faktor usia, Suparto diterapi oleh unit paliatif Rumah Sakit Umum dr Soetomo. Namun pada 10-22 Agustus Suparto kembali masuk Rumah Sakit Airlangga. "Menurut dokter, kankernya sudah menjalar ke paru-paru," ujar Tera.
Keluar dari rumah sakit fisik Suparto makin lemah. Namun ingatannya masih tajam. "Bapak meninggal dengan tenang, tidak mengeluh sakit," tutur Tera.
Lahir di Surabaya pada 27 Februari 1932 (di KTP tertera 16 Oktober 1932) Suparto meninggalkan empat anak dan delapan cucu. Selain Tera, anak-anak Suparto adalah Tatit Merapi, Neo Semeru dan Tenno Singgalang. Adapun istri Suparto, Ariyati, telah mendahului wafat pada 2002.
Jenazah Suparto akan dimakamkan pada Sabtu siang, 12 September 2015 di Tempat Pemakaman Umum Rangkah, bersebelahan dengan kuburan mendiang istrinya.
Semasa hidup Suparto adalah pengarang yang sangat produktif. Ia memulai mengarang cerita fiksi pada akhir 1950-an dan dimuat majalah berbahasa Jawa Panjebar Semangat dengan judul "Lara Lapane Kaum Republik."
Sejak itu karya Suparto mengalir, baik berbahasa Jawa maupun Indonesia. Karya Suparto berbahasa Indonesia antara lain pernah dimuat Kompas secara bersambung. Waktu Suparto buat mengarang semakin banyak setelah ia keluar dari sebuah perusahaan daerah pada pertengahan 70-an karena diharuskan mendukung Orde Baru.
Selain dikirim ke surat kabar, Suparto juga menerbitkan karya sastranya ke dalam buku. Hingga akhir hayat Suparto telah menerbitkan sekitar 183 buku.
Beberapa novel Suparto antara lain Donyane Wong Culika, Dom Sumurup ing Banyu, Sanja Sangu Trebela, Solo Lelimengan, Emprit Abuntut Bedhug (serial Detektif Handaka), Kadurakan ing Kidul Dringu dan lain-lain.
Adapun karya-karya Suparto berbahasa Indonesia antara lain Gadis Tangsi, Kunanti di Selat Bali, Trem, Kremil dan Kerajaan Raminem.
KUKUH S. WIBOWO