Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tak Mundur Menghilangkan Tuah Gizi Buruk di Tanah Air

Editor

Saroh mutaya

image-gnews
Anak penderita gizi buruk ditemani ibunya mendapat perawatan di unit intensif gizi buruk di Sanaa, Yaman, 30 Juli 2015. 4.000 orang tewas dan lebih dari 1,2 juta warga terlantar akibat perang antara pemberontak Houthi dengan pasukan loyalis Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi. REUTERS/Khaled Abdullah
Anak penderita gizi buruk ditemani ibunya mendapat perawatan di unit intensif gizi buruk di Sanaa, Yaman, 30 Juli 2015. 4.000 orang tewas dan lebih dari 1,2 juta warga terlantar akibat perang antara pemberontak Houthi dengan pasukan loyalis Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi. REUTERS/Khaled Abdullah
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Masalah seputar perbaikan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) masih menjadi sorotan antaranggota Organization of Islamic Cooperation (OIC). Pasalnya, belum ada perbaikan signifikan yang mengentaskan negara anggota OIC dari problema gizi buruk.

Berdasarkan dataStatistical, economic, and social research and training centre for Islamic countries(Sesric), rata-rata umur harapan hidup (UHH) di negara-negara OIC selama 1990-2013 meningkat dari 60,5 tahun menjadi 66,3 tahun.

Meski mengalami sedikit perbaikan, capaian tersebut masih tertinggal 4,5 tahun dari rerata UHH dunia, serta lebih rendah 3,8 tahun dibandingkan UHH negara-negara yang bukan anggota OIC.

Selama periode yang sama, angka kematian ibu (AKI) menurun 44% dari 520/10.000 menjadi 293/10.000. Bagaimanapun, masih terdapat satu dari tiap 34 ibu di negara OIC yang meninggal saat kehamilan dan melahirkan.

Padahal, rerata dunia atas kematian ibu saat kehamilan dan melahirkan adalah satu dari 48 ibu. Di negara OIC, sekitar 60 juta balita atau 33% dari total balita mengalami stunting, yang mana kasus terbanyak terjadi di Indonesia, Nigeria, Pakistan, dan Banglades.

Menyoroti hal tersebut, Pemerintah Indonesia melalui Pusat Kerjasama Luar Negeri Kementerian Kesehatan pada awal November telah mengadakan sosialisasi Scaling Up Nutrition (SUN), yang diikuti juga oleh peserta dari Afganistan, Uganda, dan Turki.

Kemenkes menggarisbawahi pencapaian target indikator kesehatan di negara-negara OIC yang masih belum optimal. Oleh karena itu, pemerintah merencanakan pembuatanroadmapdan kerangka kerja sama OIC untuk mencapai Global Nutrition Target 20125.

Apalagi, Indonesia tercatut dalam daftar negara yang tak kunjung mampu lepas dari cengkeraman gizi buruk. Salah satu wilayah yang tidak pernah absen dalam daftar kasus gizi buruk di Tanah Air adalah Nusa Tenggara Timur (NTT).

Berdasarkan catatan Kemenkes, sebanyak 1.918 anak di NTT menderita gizi buruk selama JanuariMei 2015. Sejumlah 11 anak di bawah lima tahun (balita) meninggal akibat gizi buruk, dan masih ada 21.134 anak balita yang mengalami kekurangan gizi.

Pada 2014, tercatat ada 2.100 anak di NTT yang menderita gizi buruk, yang mana 15 di antaranya meregang nywa. Pada tahun yang sama, 3.121 balita mengalami kekurangan gizi di provinsi beribukota Kupang itu.

Kasus gizi buruk di provinsi itu paling rentan menimpa keluarga miskin yang hidup di wilayah terpencil dan pedalaman, yang sulit dijangkau kendaraan bermotor akibat belum terbangunnya infrastruktur jalan.

Pemerintah mencatat gizi buruk terjadi di hampir seluruh kabupaten di NTT. Terbanyak, krisis gizi terjadi di Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Utara, dan Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Menurut Kepala Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat Dinkes NTT Isbandrio, di kawasan-kawasan tersebut pemahaman para ibu terhadap pentingnya kecukupan gizi masih sangat rendah.

Belum lagi, kemarau berkepanjangan sejak 2014 memperparah angka gizi buruk, karena banyaknya lahan yang gagal panen. Akibatnya, kawasan-kawasan tersebut mengalami krisis pangan dan anak-anak tidak mendapatkan asupan makanan bergizi yang mencukupi.

Kekurangan gizi itu membuat anak mudah terserang berbagai penyakit, seperti diare. Dampak lanjutannya adalah kematian, jelasnya, seperti dikutip di laman resmi Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes.

DISOROT DUNIA

Kasus gizi buruk yang melanda Indonesia seperti di NTT turut disorot dunia. Masalah klasik yang tak lekang digerus zaman untuk terus dicari solusinya itu membetot perhatian khusus dari United Nations Childrens Fund (Unicef).

Berdasarkan lansiran Unicef Indonesia yang diterimaBisnisbaru-baru ini, lebih dari 15% anak di NTT menderita kekurangan gizi, kurus, dan sangat kurus. Sementara itu, 51% anak mengalami stunting alias tubuh yang terlalu pendek untuk usia mereka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Provinsi NTT sedang menghadapi krisis kekurangan gizi. Kondisi ini akan menjadi lebih buruk karena badai El Nino di daerah tersebut. Penurunan panen akan meningkatkan harga pangan, dan kekurangan air akan meningkatkan risiko diare, papar mereka.

Permasalahannya, hanya sedikit keluarga di pelosok yang mengerti bagaimana cara terbaik memberi asupan yang tersedia secara lokal bagi buah hati mereka. Unicef menemui banyak keluarga yang tidak mengakui anaknya menderita kurang gizi akut.

Banyak di antara keluarga yang anaknya mengalami kurang gizi tidak menganggapnya sebagai situasi darurat medis. Akibatnya, mereka lebih memilih untuk tidak mencari layanan atau bantuan ketika tubuh anak-anak mereka berubah menjadi sangat kurus.

Situasi gizi buruk yang mencekam sebagian pelosok negeri ini juga mengancam masa depan generasi muda harapan bangsa. Sebab, anak yang menderita kekurangan gizi cenderung mengalami penurunan prestasi pendidikan akibat sulit konsentrasi dan tidak produktif.

Unicef sendiri telah menggandengAction Contre La Faimuntuk memerangi krisis gizi di Indonesia. Kami mendukung Kemenkes dan pemda untuk memberikan layanan guna mengidentifikasi penderita kekurangan gizi, dan merawat mereka dengan tepat.

Upaya lain yang dilakukan organisasi tersebut adalah meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dan melakukan pengkaderan untuk bimbingan konseling para ibu tentang pentingnya menyusui dan makanan pendaming air susu ibu (ASI).

Sementara itu, Direktur Perkumpulan Inisiatif dan Advokasi Rakyat NTT Sarah Lery Mboik berpendapat provinsi tersebut membutuhkan revolusi pada progra kesehatan ibu dan anak (KIA) yang diluncurkan pada 2012.

Dia menilai program yang menghabiskan anggaran miliaran rupiah itu tidak memberi dampak signifikan terhadap penurunan angka gizi buruk di NTT, yang sebenarnya sudah menjadi momok sejak 20 tahun silam.

Setiap penyusunan APBD antara pemda dan DPRD ujung-ujungnya untuk kepentingan mereka, melalui sejumlah proyek siluman. Rakya Selalu menjadi korban, akunya.

Direktur Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes Anung Sugihantono berpendapat problema gizi buruk di NTT sudah terlalu kompleks akibat terlalu banyak faktor yang memengaruhi pemburukan kondisi tersebut.

Dia menjelaskan status gizi buruk di NTT bukanlah gizi buruk dalam pengertian marasmus kwashiorkor, melainkanwastingatau kurus. Persoalan ini tidak bisa diputus begitu saja. Pemerintah dan LSM telah berupaya melakukan intervensi, tapi kami tidak bisa mengintervensi tradisi pola asuh di sana, ujarnya.

Intervensi yang selama ini dilakukan pemerintah berkutat pada membantu suplai makanan bagi ibu hamil yang kekurangan energi. Tujuannya adalah agar bayi yang dilahirkan sebisa mungkin memiliki berat badan yang mencukupi.

Intervensi lainnya adalah dalam bentuk sosialisasi ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI selama enam bulan. Program tersebut diimbangi dengan pemberian suplemen zat gizi mikro untuk bayi dan imunisasi dasar lengkap.

Tidak banyak intervensi yang dilakukan untuk mengubah pola asuh dan cara pandang masyarakt di pelosok akan pentingnya asupan cukup gizi bagi bayi dan anak. Masih banyak orang tua yang memberikan makanan asal kenyang kepada anaknya.

Bahkan di beberapa kasus, sebagaimana dilaporkan Unicef, terdapat keluarga dengan penghasilan rerata Rp200.000/bulan yang hanya bisa mengupayakan konsumsi protein hewani bagi anak-anak mereka sebanyak maksimal dua kali sebulan.

Lantas, sampai sejauh mana masalah ini akan dibiarkan terus berlanjut? Jangan-jangan ada yang salah atau tidak tepat sasaran pada upaya pengentasan gizi buruk yang sudah berlangsung selama puluhan tahun di Indonesia.

Jangan pernah lupa, setiap anak Indonesia memiliki hak memperoleh pelayanan kesehatan untuk membantu tumbuh kembangnya, sebagaimana diatur dalam Pasal 8 UU No.23.2002 tentang Perlindungan Anak. Lalu, pertanyakan kembali, bagaimana penegakan hak tersebut?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


UNICEF Peringatkan Kasus Gizi Buruk di Utara Gaza Lebih Banyak dari Data yang Tercatat

9 hari lalu

Peserta mengangkat poster saat melakukan aksi bela Palestina di Kedutaan Besar Mesir, Menteng, Jakarta, Senin, 4 Maret 2024. Massa mendesak pemerintahan Mesir untuk membuka jalur bantuan kemanusiaan di Rafah guna mencegah kelaparan di Gaza akibat konflik antara Hamas dan Israel. TEMPO/ Febri Angga Palguna
UNICEF Peringatkan Kasus Gizi Buruk di Utara Gaza Lebih Banyak dari Data yang Tercatat

UNICEF yakin kasus gizi buruk di Gaza lebih banyak dari data yang tertulis di rumah sakit karena banyak yang tak bisa berobat.


UNRWA Ingatkan Gizi Buruk pada Anak di Gaza Sudah di Level Akut

11 hari lalu

Seorang anak Palestina antre untuk menerima makanan selama bulan suci Ramadan, saat konflik antara Israel dan Hamas berlanjut, di Rafah, di selatan Jalur Gaza 13 Maret 2024. REUTERS/Mohammed Salem
UNRWA Ingatkan Gizi Buruk pada Anak di Gaza Sudah di Level Akut

Satu dari tiga balita usia di bawah dua tahun di utara Gaza saat ini mengalami gizi buruk akut.


Menteri Kesehatan Gaza Peringatkan Ribuan Anak Kena Komplikasi karena Tak Ada Susu Formula

13 hari lalu

Seorang pria menggendong bayi di pangkuannya, saat warga Palestina yang mengungsi, yang meninggalkan rumah mereka akibat serangan Israel berlindung di tenda kamp, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Rafah, di Jalur Gaza selatan, 14 Februari 2024 .REUTERS/Saleh Salem
Menteri Kesehatan Gaza Peringatkan Ribuan Anak Kena Komplikasi karena Tak Ada Susu Formula

Ada ribuan anak yang sedang menderita penyakit komplikasi serius karena kelangkaan susu di wilayah Gaza utara.


WHO dan UNICEF Catat Angka Malnutrisi Anak di Gaza Utara di Level Ekstrem

23 hari lalu

Anak Palestina Palestina Yazan Al-Kafarna, yang menderita kelumpuhan otak dan kekurangan gizi, terbaring di tempat tidur di pusat kesehatan Al-Awda di tengah kelaparan yang meluas, ketika konflik antara Israel dan Hamas berlanjut, di Rafah di Jalur Gaza selatan 2 Maret 2024. REUTERS/Yasser Qudih
WHO dan UNICEF Catat Angka Malnutrisi Anak di Gaza Utara di Level Ekstrem

WHO dan UNICEF mencatat angka malnutrisi pada anak yang akut di wilayah utara Gaza mencapai level ekstrem.


Cara-cara Mencegah Stunting

38 hari lalu

Ilustrasi stunting. freepik.com
Cara-cara Mencegah Stunting

Tidak hanya tinggi badan kurang dari standar saja, tetapi stunting juga dapat menyebabkan kerusakan otak dan penyakit kronis.


Serupa Tapi Tak Sama, Kenali Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk

38 hari lalu

Ilustrasi stunting. freepik.com
Serupa Tapi Tak Sama, Kenali Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk

Masih banyak yang mengira anak stunting dan anak mengalami gizi buruk adalah sama. Meski serupa, stunting dan gizi buruk adalah dua hal yang berbeda.


Ketahui Apa Itu Stunting, Gejala, dan Cara Mencegahnya

50 hari lalu

Memahami apa itu stunting dan cara pencegahannya penting diketahui. Sebab, hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang anak. Berikut penjelasannya. Foto: Canva
Ketahui Apa Itu Stunting, Gejala, dan Cara Mencegahnya

Memahami apa itu stunting dan cara pencegahannya penting diketahui. Sebab, hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang anak. Berikut penjelasannya.


Banjir Istilah Kesehatan Saat Debat Capres: Stunting, Gizi Buruk, Obesitas, hingga Anemia

52 hari lalu

Banjir Istilah Kesehatan Saat Debat Capres: Stunting, Gizi Buruk, Obesitas, hingga Anemia

Isu kesehatan dalam debat capres muncul mulai dari stunting, gizi buruk, obesitas, dan anemia. Ini artinya.


CIMB Niaga Gaet UNICEF untuk Cegah Stunting di Indonesia

20 November 2023

PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) dan United Nations Children's Fund (UNICEF) meluncurkan kerja sama aksi peduli gizi anak Indonesia di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Senin, 20 November 2023. TEMPO/Defara Dhanya
CIMB Niaga Gaet UNICEF untuk Cegah Stunting di Indonesia

PT Bank CIMB Niaga Tbk. (CIMB Niaga) dan UNICEF menjalin kolaborasi dalam mengatasi masalah gizi buruk sebagai upaya mencegah stunting di Indonesia.


Sering Dianggap Sama, Pahami Perbedaan Stunting dengan Stunted

15 September 2023

Ilustrasi stunting. freepik.com
Sering Dianggap Sama, Pahami Perbedaan Stunting dengan Stunted

Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak akibat gizi buruk. Sementara stunted dikenal dengan perlambatan pertumbuhan pada anak.