TEMPO.CO, Jakarta - Kisruh Asosiasi Pengusaha dan Perancang Mode (APPMI), yang diikuti dengan hengkangnya beberapa pengurus dan perancang ternama yang bernaung di sini, masih berlanjut. Setelah Anne Avantie, Ali Charisma, Sofie, Taruna Kusmayadi, Sofie, Deden siswanto dan Dina Midiani, perancang Lenny Agustin juga ikut mundur.
Lenny, yang di APPMI dan Indonesia Fashion Week--pekan mode yang didirikan asosiasi ini dan sudah berjalan di tahun kelima--bertugas sebagai humas, mengaku sudah tidak satu visi dan misi.
"Saya terus terang bingung. Kami dibilang melanggar aturan dan tiba-tiba para pendiri intervensi negatif dan langsung bikin yayasan yang bertujuan seperti mengawasi kerja kami para pengurus," kata perancang bertubuh mungil ini pada Kamis, 3 Desember 2015.
Pemilik label Lennor dan Lenny Agustin ini mengatakan para pengurus seperti sudah tidak dipercaya dan dianggap.
"Mereka membuat yayasan dan merumuskan lagi tentang anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang baru. Buat apa? Kan kami pengurus sudah punya. Ya, ibarat sudah enggak lagi sejalan, ya kami mundur," ujar perancang berambut cepak ini.
Lenny mengatakan ia bersama teman-temannya selama bekerja keras demi memajukan dunia mode di Tanah Air dan berkiprah ke global. "Kami meraih prestasi internasional dan berhasil bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk pemerintah, juga membina dengan perancang dan usaha kecil menengah di daerah. Kami bingung bila tiba-tiba ada aturan soal profitable," tuturnya.
Wanita bertubuh mungil ini menceritakan, bersama teman-temannya, selama ini tidak pernah dibahas soal meraih keuntungan, termasuk di perhelatan Indonesia Fashion Week.
"Saya, Mbak Dina, Mas Nuna, Ali, Sofie, Deden, dan Mbak Anne membuat event ini untuk memajukan dunia mode yang merambah dari lokal hingga menembus pasar global. Kami punya data lengkap dan tidak ada yang disembunyikan. Kami siap diaudit. Bingung juga kami dibilang menyembunyikan sesuatu itu apa?" ucap Lenny.
Namun tak mau panjang masalah, Lenny dan teman-teman memutuskan mundur. "Kami adalah pekerja kreatif yang menjunjung tinggi soal profesionalisme. Tapi karena sudah tak lagi sevisi dan semisi, ya sudah cukup sampai di sini."
Dia berharap masalah ini menjadi pelajaran berharga.
"Ibarat menjalin cinta, perasaan kita sudah enggak sama. Daripada dipaksakan bahaya, ya sudah sampai di sini saja," ujarnya.
HADRIANI P.