TEMPO.CO, Semarang - Ada yang beda dari perayaan Imlek di Semarang tahun ini. Tak hanya dengan ritual dan kesenian khas Cina, tapi juga dengan festival kuliner olahan daging babi "Pork Festival". Di Semarang, daging babi merupakan bahan makanan yang sangat akrab dengan komunitas Cina.
Adalah Komunitas Kuliner Semarang yang menggagas festival yang dihelat 4-8 Februari 2016. Bertempat di area parkir tertutup Mal Sri Ratu Jalan Pemuda Semarang, aneka kuliner dari daging babi dijajakan pada 20 stan yang ditata melingkar.
Di tengahnya tersedia meja dan kursi yang mampu menampung 100 pengunjung. "Selain untuk merayakan Imlek, festival ini untuk memperkenalkan khazanah kuliner Semarang yang belum dikenal masyarakat," kata Firdaus Adinegoro, pendiri Komunitas Kuliner Semarang, Kamis, 4 Februari 2016.
Aneka hidangan ditawarkan. Mulai hidangan yang sering dijumpai, seperti mi, bakso, bubur, nasi goreng, sate, atau bakcang, hingga hidangan yang jarang dijumpai, seperti nasi goreng buntel babi, bakmoy, pihie (kombinasi rebung dan paru babi), dendeng, ca pete, hisit, kering grabyas, kripik paru babi, asem-asem babi, babi geprak, nasi bakar babi, sup kaki babi, rica-rica, iga, galantin, sio bak, lapo babi, serta aneka dessert babi.
Ada juga menu langka, babi tim sayur asin Nyukpiang. Nyukpiang adalah subsuku minoritas Cina. Hidangan tersebut terdiri atas paduan daging babi dan sayur asin yang di-tim dalam cetakan alumunium foil.
Menurut Firdaus, sebagian besar hidangan memang jarang dijumpai karena diproduksi secara rumahan atau berdasarkan pesanan. "Kita menerima etnis Tionghoa sebagai saudara, tak ada salahnya juga mengenal kulinernya," kata Firdaus.
Monic, salah satu pengunjung, mengaku senang dengan acara tersebut. "Ternyata banyak menu daging olahan babi yang unik, enak, dan murah meriah," ujar pegawai salah satu bank swasta tersebut. "Banyak yang belum saya ketahui."
Pada hari pertama festival, sekitar 1.500 pengunjung hadir silih berganti sepanjang siang hingga pukul sembilan malam. Mayoritas dari etnis Cina.
SOHIRIN