TEMPO.CO, Jakarta - Mendengar kata 'nuklir' tak jarang membuat orang langsung bergidik. Pasalnya, nuklir memang sering diasosiasikan dengan bom atom yang mematikan. Namun, nuklir juga bisa dimanfaatkan untuk pengobatan khususnya pengobatan kanker tiroid.
"Nuklir itu bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan termasuk dalam bidang kesehatan," ujar Alvita Dewi, ahli pengobatan nuklir RSCM, Kamis, 11 Februari 2016. Ia menerangkan, nuklir telah dimanfaatkan sebagai pengobatan sejak 1940.
Ia menerangkan pemanfaatan nuklir di Indonesia masih terbatas, yakni hanya pada pengobatan kanker tiroid yaitu dengan iodium radioaktif dan untuk pengobatan hipertiroid (gondok). "Kalau di luar negeri terapi nuklir telah dimanfaatkan untuk berbagai penyakit kanker salah satunya limfoma," kata dokter muda ini.
Namun, lulusan Ilmu Kedokteran Nuklir di Universitas Padjadjaran ini mengatakan masyarakat masih merasa takut terhadap terapi ini karena nuklir dianggap berbahya dan dapat merugikan kesehatan. "(Nuklir) sudah terbukti keamanannya karena selama proses penggunaannya pasti ada penelitiannya. Apa saja efek-efeknya," ujar dia.
Terapi nuklir, ia menambahkan, tidak menimbulkan cacat bawaan atau mengganggu kesuburan seseorang. "Kita bandingkan orang yang tidak diterapi nuklir juga bisa keguguran. Tidak ada perbedaan yang bermakna," ujar Alvita.
Di Indonesia terapi nuklir dapat ditemukan di beberapa rumah sakit di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. "Kalau di Jakarta ada di RSCM, RSPAD, Dharmais, RSPP, Siloam MRCCCC, Gading Pluit, dan beberapa kota seperti Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Medan," tutur dokter berkaca mata ini.
Dengan begitu, ia berharap masyarakat yang divonis memiliki kanker tiroid bisa memanfaatkan pemeriksaan melalui terapi nuklir ini. Terlebih ia juga mengatakan sebagian besar terapi kanker saat ini bisa ter-cover oleh BPJS.
Hanya, terkadang fasilitas ini memiliki kendala. "Kapasitas sama jumlah pasien kita tidak sebanding jadi mengakibatkan antrian relatif panjang. Kamar kita terbatas tapi pasien banyak jadi terpaksa bergantian menggunakan fasilitas itu," ujar dia.
DINI TEJA