TEMPO.CO, Jakarta -Maestro seni lukis Srihadi Soedarsono, 84 tahun, meluncurkan buku yang merangkum perjalanan dia sebagai pelukis selama 70 tahun. Buku berjudul 70 Years Journey of Roso. Buku tersebut ditulis oleh istri Srihadi, Farida Srihadi dan pengajar di Institut Teknologi Bandung, A. Rikrik Kusmara. Buku ini diluncurkan Kamis malam, 11 Februari 2016 bertepatan dengan acara pembukaan pameran tunggal sang maestro di Galeri Nasional Indonesia.
Buku ini menurut Srihadi akan disebar di berbagai toko buku besar di Indonesia. Buku ini juga akan dibedah oleh kurator Jim Supangkat dan Bambang Sugiharto dan penanggap oleh pengamat seni rupa, Jean Couteau, pada 20 Februari 2016 mendatang.
Buku itu semalam diserahkan Srihadi kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, dan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O. Blake serta beberapa undangan lain. “Pameran dan buku ini sebagai bentuk pengabdian saya,” ujar Srihadi dalam sambutan saat pembukaan pamerannya.
Pameran tunggalnya sendiri juga bertajuk 70 tahun Rentang Kembara Roso yang dikuratori oleh A dibuka A. Rikrik Kusmara ini diresmikan oleh Menteri Anies Baswedan . Menampilkan 450 karya dengan cat air, sketsa, drawing di atas medium kertas dan 7 lukisan dalam ukuran besar di kanvas beragam dengan tema Candi Borobudur, Tari Bedaya, Horison. Kurator menampilkan karya-karya Srihadi dalam pembabagan berdasar periode perjalanan kekaryaan Srihadi. Pameran akan berlangsung sejak 11-24 Februari 2016.
Menurut Anies, apa yang dilakukan Srihadi ini patut diteladani terutama oleh anak-anak Indonesia. Pameran ini kata dia merupakan kesempatan berharga untuk berkomunikasi, berdialog dalam bahasa estetika, mengapresiasi suatu karya tokoh seni besar. Sejak usia 14 tahun, Srihadi sudah mengasah bakat yang ada pada dirinya dan konsisten dengan memperdalam ilmunya hingga saat ini. Anies juga menyatakan Srihadi juga merupakan pejuang yang menjadi saksi perjalanan perjuangan bangsa.
“Beliau tak hanya seorang seniman tapi juga seorang pejuang,” ujar Anies. Dia membeberkan ketika Srihadi yang menggambar sebuah pesawat tempur Belanda yang jatuh tertembak dan juga perundingan Komisi Tiga Negara.
Srihadi mengatakan pameran karyanya ini sudah lama dipikirkan. Dari ratusan karya kertas yang dikoleksi ditampilkan kepada masyarakat. “Kertas itu sangat berharga dan menjadi bagian sejarah karir saya sebagai seniman. Saya berupaya menyimpannya dengan sebaik mungkin untuk generasi penerus.
Dia berharap semakin banyak pecinta seni yang mengapresiasi karyanya terutama dengan media kertas. Baginya material kertas sama kualitasnya dengan lukisan di atas kanvas.
DIAN YULIASTUTI