TEMPO.CO, Bandung - Seluruh siswa Santo Aloysius dari tingkat Sekolah Dasar hingga Menengah Atas di Kota Bandung membuat baju batik untuk seragam sekolah. Uniknya, corak batik itu dibuat berdasarkan kreativitas dan keinginan tiap siswa sendiri. Kreasi tersebut tercatat Museum Rekor Indonesia dan dunia, Senin, 22 Februari 2016, sebagai seragam batik sekolah hasil karya siswa terbanyak.
Saat upacara di salah satu dari tiga sekolah Santo Aloysius di Batununggal, seluruh siswa dan guru memakai kreasi batik itu. Berwarna dasar biru, separuh baju bagian atas dominan terisi corak tunggal, yakni bunga lili atau bakung berwarna putih hasil pengecapan siswa. Walau bentuk cap bunga lili itu seragam, susunan bunganya ada yang terangkai, terpisah, miring, atau tersusun lurus.
Adapun separuh baju ke bagian bawah, total hasil kreasi dan imajinasi siswa berdasarkan tema tertentu yang telah dipilihkan tim guru membatik di sekolah. Bagian itu gambar dan warnanya lebih semarak. “Ini baju batik pertama sebagai seragam di sekolah kami,” kata Sherly Ilian, Ketua Yayasan mardi Wijana dan Satya Winaya di sekolah itu, Senin, 22 Februari 2016.
Menurut Sherly, pembuatan batik sekolah itu melibatkan sekitar 2.500 orang siswa dan guru dari tiga lokasi sekolah tersebut di Kota Bandung. Tujuannya untuk memelihara dan melestarikan budaya lewat pembuatan batik. “Selama dua tahun ini kami ajarkan ke siswa agar bangga memakai batik,” katanya.
Senior manajer dari Museum Rekor Indonesia, Yusuf Ngadri seusai memberikan penghargaan mengatakan, pembuatan batik di sekolah itu berbeda dengan upaya sejenis seperti di Cirebon beberapa waktu lalu yang memakai bahan dari topi. “Ini luar biasa, bukan pemecahan karena belum pernah ada, tapi mengukir rekor baru. Seragam batik ini akan dipakai lama oleh siswa selama bersekolah,” kata Yusuf.
MURi juga mencatatkan kreasi itu sebagai rekor dunia. “Karena kami yakin belum ada yang membuatnya seperti ini di dunia,” ujarnya.
ANWAR SISWADI