TEMPO.CO, Jakarta - Fetty Rusli, perancang busana asal Palembang, terinspirasi oleh kisah cinta seorang gadis yang menurutnya bagai labirin. Tak heran bila 50 desain barunya yang dipamerkan di Hotel Mulia, Jumat, 4 Maret 2016, ia sematkan tajuk A Maze.
"Waktu traveling saya melihat sebuah labirin dan banyak perempuan yang berpacaran di situ," kata Fetty saat konferensi pers.
Menurut perempuan yang baru empat kali memamerkan rancangannya ini, unsur alam dari labirin yang ia aplikasikan dalam koleksinya. Daun dan bunga yang identik dengan labirin ditransformasikan menjadi bentuk tiga dimensi dari bahan tafetta yang dipotong dengan laser.
Fetty banyak memanfaatkan teknik microfiber laser cut untuk menciptakan motif sesuai keinginannya. "Karena lebih detail dan saya bisa membuat 3D dengan rapi," katanya.
Teknik ini, menurut Fetty, membantu pengaplikasian seluas-luasnya di atas bahan polos. Termasuk menggantikan penggunaan lace yang memiliki motif hanya dari bordir.
Teknik itu dipadukan dengan teknik printing untuk membuat motif alam lainnya selain bunga dan daun. Teknik printing ini ia aplikasikan di atas bahan duchess, organza, dan tulle. "Kalau gaya saya sendiri adalah feminin. Saya suka sesuatu yang ringan, girly, dan konsisten," kata Fetty.
Dalam show kali ini, Fetty menambahkan unsur drama yang mengiringi para model berlenggak-lenggok. Di pembukaan yang mengambil latar suasana pagi hari dengan kicauan burung, ia memamerkan 10 koleksi busana berwarna fuchsia.
Busana yang dipamerkan beragam, mulai dari busana cocktail hingga gaun. Fetty mengaplikasikan hasil potong laser, seperti kelopak yang disusun hingga mirip bunga pada beberapa bagian busana rancangannya, seperti di atas bahu.
Saat beranjak ke adegan pemuda menambatkan hati ke sang gadis, ia memamerkan delapan busana berwarna kuning cerah. Fetty tampaknya ingin menampilkan siluet genit dengan rok melebar di atas lutut. Ada pula cocktail dress yang kental dengan hasil potong laser serta koleksi jumpsuit yang menjadi terkesan feminin karena warna yang terang.
Saat sang gadis mulai berbisik-bisik soal cinta kala senja, tujuh busana berwarna lavender diperagakan. Tafetta yang disulap menjadi motif dedaunan disusun pada gaun pendek, busana tanpa lengan hingga potongan terusan lurus. Fetty juga menambahkan ornamen mutiara dan batu-batuan di antara susunan daun.
Saat si pemuda menawarkan cinta pada sang gadis, Fetty pun menawarkan pertunjukan enam koleksi busana yang berwarna dasar putih. Keenamnya didominasi siluet ramping. Untuk motif timbul, ia membentuknya dari teknik cetak dan laser untuk menghasilkan motif timbul.
Sebagai penutup, dengan iringan lagu cinta penanda bersatunyab cinta si gadis dan sang pemuda, Fetty mengeluarkan karya masterpiece-nya berupa 19 gaun putih, panjang, dan pendek. Ia menggunakan teknik tumpuk, tindas dan press untuk membentuk motif di atas bahan tipis. Fetty memainkan siluet feminin dalam koleksi mermaid, ballgown, flare dan cape dalam koleksi serba putih ini.
Dan kisah cinta gadis yang telah menemukan tambatan hatinya itu pun berakhir ketika lonceng berdentang dan Fetty menunjukkan gaun putihnya.
DINI PRAMITA