TEMPO.CO, Jakarta - Empat orang meninggal saat menjalani terapi hiperbarik di Rumah Sakit Mintohardjo, Jakarta, Senin, 14 Maret 2016. Ketika menjalani terapi itu, tiba-tiba terjadi korsleting listrik yang membakar ruangan.
Mereka yang menjadi korban adalah Inspektur Jenderal Purnawirawan Abubakar Nataprawira, 65 tahun, Sulistyo (54), Edi Suwandi (67), dan dokter Dimas (28), yang merupakan pendamping Edi. BACA: Kebakaran RS Mintohardjo Tewaskan 4 Pasien
Oksigen dalam dunia kedokteran dapat digunakan untuk penyembuhan luka. Pengobatan ini disebut sebagai Terapi Oksigen hiperbarik. Terapi Oksigen Hiperbarik menggunakan oksigen bertekanan 2,4 atmosfir.
Oksigen dalam penyembuhan penyakit memiliki fungsi membantu regenerasi sel-sel tubuh yang rusak. Beberapa penyakit yang dapat disembuhkan dengan teknik pengobatan ini, yakni:
1. Dekompresi akibat penyelaman
2. Luka bakar
3. Mempercepat penyembuhan pasien patah tulang, amputasi, atau luka basah akibat diabetes melitus
4. Sudden deafness atau tuli mendadak dan kerusakan atau paresis syaraf telinga
5. Pusing dan vertigo
6. Pascastroke atau penyakit serangan syaraf lainnya
7. Pascaoperasi
8. Penyembuhan tendon
9. Kecantikan kulit
Terapi Oksigen Hiperbarik biasanya dilakukan selama lebih-kurang 1 jam 45 menit dengan interval istirahat setiap 30 menit, selama masing-masing 5 menit.
Pengobatan ini dilakukan dalam sebuah tabung silinder khusus yang disebut chamber. Tabung tersebut merupakan tabung dengan material baja yang berbentuk seperti kapal selam.
Umumnya terapi hiperbarik dilakukan tidak sendirian, tapi oleh beberapa pasien sekaligus. Tabung atau chamber biasanya berkapasitas sepuluh orang pasien ditambah dengan seorang instruktur. Di dalam tabung, pasien dalam posisi duduk dan mengenakan masker untuk menghirup udara seperti penyelam.
MAYA NAWANGWULAN