TEMPO.CO, Jakarta -Senin, 14 Maret 2016, sebuah insiden kebakaran terjadi pada ruang tabung chamber Pulau Miangas Gedung Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT) lama RSAL Mintohardjo. Kebakaran yang terjadi sekitar pukul 13.00 WIB ini menewaskan empat orang, yang salah satunya adalah Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia, Sulistyo.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Laksamana Pertama Muhammad Zainuddin mengatakan kebakaran diakibatkan korsleting listrik. "Sehingga menimbulkan asap putih lebat dan pasien yang ada di dalam tabung terbakar dan tidak dapat diselamatkan," kata dia.
Menurut Muhammad Zainuddin, kronologis kejadian terapi dimulai pada pukul 11.30 dengan tekanan 2,4 atmosfir. Kemudian sekitar pukul 13.00, ketika tekanan baru mulai dikurangi menuju 1 atmosfir, pada pukul 13.10 terlihat percikan api di dalam chamber. Meski berhasil memadamkan api, namun Sulistyo yang berada dalam tabung tidak berhasil diselamatkan.
Baca juga: Ini Kegunaan Ruang Chamber di RSAL Mintohardjo
Di dunia kesehatan dikenal salah satu teknik penyembuhan dengan memanfaatkan oksigen yang disebut Terapi Oksigen Hiperbarik. Terapi oksigen Hiperbarik adalah terapi dengan menggunakan oksigen bertekanan khusus.
Baca Juga:
Oksigen dengan kadar dan tekanan tertentu dapat dimanfaatkan dalam proses penyembuhan luka. Dalam ilmu kedokteran sendiri luka diartikan sebagai suatu gangguan dalam struktur jaringan yang utuh. Pada umumnya luka dikaitkan dengan hilangnya struktur jaringan.
Pada proses penyembuhan luka, fibroblas berpindah tempat dan menghasilkan kolagen. Fibroblas sendiri adalah sel-sel yang memproduksi kolagen dan elastin yang memberikan struktur tengah kulit yang disebut dermis.
Simak: Pasca-Ledakan, Rumah Sakit Mintohardjo Dijaga Lebih Ketat
Terapi Hiperbarik menggunakan oksigen dengan tekanan 2,4 atmosfir. Sedangkan untuk bernafas normal, oksigen yang dibutuhkan manusia berukuran 1 atmosfir.
Terapi ini memanfaatkan tekanan oksigen yang dikeluarkan dalam sebuah tabung silinder khusus. Tabung tersebut merupakan tabung dengan material baja yang berbentuk seperti kapal selam. Alat ini oleh dunia kedokteran disebut sebagai Chamber.
Aliran oksigen bertekanan pada tabung terapi dapat membantu regenerasi sel-sel tubuh yang rusak. Keberadaan oksigen yang cukup dapat membantu proses pertumbuhan atau pengembangbiakan fibroblas dan produksi kolagen.
Umumnya terapi hiperbarik ini dilakukan tidak sendirian, namun oleh beberapa pasien sekaligus. Tabung atau Chamber biasanya berkapasitas 10 orang pasien ditambah dengan seorang instruktur.
Di dalam tabung, pasien dalam posisi duduk dan mengenakan masker seperti penyelam untuk menghirup udara. Terapi akan dilakukan selama kurang lebih 1 jam 45 menit. Dengan interval istirahat setiap 30 menit, selama masing-masing 5 menit.
Setiap pasien sebelum menghirup oksigen dari masker harus melakuka ekualisasi atau melakukan upaya meniup dengan menutup mulut dan hidung setiap hitungan ke 10. Atau bisa dilakukan dengan menelan ludah setiap kali telinga terasa ada tekanan.
Kondisi dalam Chamber serupa dengan kondisi sebuah kapal selam berada dikedalaman 14 meter didalam laut, sehingga telinga dipastikan akan terasa tertutup dan penuh udara. Setelah melakukan proses ekualisasi setiap pasien dapat menghirup oksigen dan secara rutin menelan ludah.
MAYA NAWANGWULAN