Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Begini Batik Keraton Berevolusi

image-gnews
Aneka motif batik dari motif kuno hingga kekinian yang ditampilkan dalam pameran Jogja International Batik Biennale 2016 di Jogja Expo Center sejak 12-16 Oktober 2016. Tempo/Pito Agustin
Aneka motif batik dari motif kuno hingga kekinian yang ditampilkan dalam pameran Jogja International Batik Biennale 2016 di Jogja Expo Center sejak 12-16 Oktober 2016. Tempo/Pito Agustin
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Menurut desainer sekaligus perajin batik Yogyakarta, Afif Syakur, "Asal-muasal budaya batik belum jelas," kata dia ditemui di pameran Jogja International Batik Biennale 2016 di Jogja Expo Center, Bantul, Kamis pekan lalu, Afif menerangkan hanya sebuah dokumen tentang batik yang diistilahkan dengan serat batik ditemukan di keraton. Dari dokumen tersebut, diperkirakan batik berkembang dari dalam keraton. Di masa lalu, tak hanya harus pandai menari, anak-anak raja juga harus bisa membatik.

Pada awalnya, pengguna batik terbatas pada keluarga keraton. Lama-kelamaan, orang-orang kaya di luar keraton yang didominasi kaum pedagang pun ingin mengenakan batik. Dengan begitu, motif batik berkembang di luar tembok keraton, yang dikenal dengan istilah batik sudagaran. Meski motifnya terus berkembang, ada sejumlah motif yang hanya boleh dikenakan oleh raja dan keluarganya yang diistilahkan dengan batik larangan.

Misalnya, batik motif kawung yang berwujud empat elips berimpitan pada salah satu ujungnya dan membentuk bunga. Filosofi motif ini adalah harapan agar manusia ingat asal-usulnya. Motif huk yang merupakan embrio burung bouraq melambangkan rahasia Tuhan. Tidak seorang pun mengetahui rahasia Tuhan kecuali wakilnya di dunia, yaitu raja dan putra mahkota.

Motif parang mengandung harapan agar pemakainya tak mudah putus asa. Hal itu ditandai dengan citraan miring yang saling menyambung dan tidak putus. Semakin besar motif parangnya semakin tinggi jabatan kebangsawanannya. Sedangkan motif semen terdiri atas beberapa motif yang menggambarkan kesempurnaan hidup. Biasanya dikenakan oleh raja dan anak-anaknya.

Aturan penggunaan batik larangan menjadi sangat longgar ketika Hamengku Buwono IX bertakhta. Para tamu dari luar keraton yang hadir dalam hajatan keraton tak dipersoalkan jika mengenakan motif larangan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Aturan itu hanya berlaku untuk keluarga keraton dan panitia. Untuk tamu luar tidak diperhatikan,” kata Mari.

Seiring dengan kelahiran batik sudagaran, motif batik di keraton pun berevolusi. Dalam satu kain tak hanya digambarkan satu motif, melainkan diselingi dengan motif lain tanpa menghilangkan filosofi dan peruntukannya. Contohnya ialah motif kawung diselingi ceplok keong.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

1 hari lalu

Kampung Wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Istimewa
Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.


Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

12 hari lalu

Alat Peraga Manual Pump di Kampung Kerajinan Taman Pintar Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.


Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

16 hari lalu

Karcis parkir yang diberi tempelan jasa titip helm di Kota Yogyakarta. (Dok: media sosial)
Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.


BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

36 hari lalu

Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Parangkusumo di Bantul, DI Yogyakarta, Jumat 1 Januari 2021. Pascapenutupan kawasan wisata pantai selatan Yogyakarta pada malam pergantian tahun baru, pengunjung memadati kawasan tersebut untuk menghabiskan libur tahun baru meskipun kasus COVID-19 di Yogyakarta terus meningkat. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.


Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

42 hari lalu

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta secara simbolik melakukan penutupan TPA Piyungan pada awal Maret 2024. TPA Piyungan selama ini menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul. (Dok. Istimewa)
Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.


Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

44 hari lalu

Sejumlah karya industri kreatif dipamerkan di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN) di Yogyakarta.  (Dok. Istimewa)
Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.


Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

49 hari lalu

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat


Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

52 hari lalu

Tradisi Selasa Wagen yang meliburkan para pedagang di kawasan Malioboro Yogyakarta untuk bersih bersih kawasan kembali digelar Selasa (27/2). (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

Selasa Wagen di kawasan Malioboro berlangsung setiap 35 hari sekali merujuk hari pasaran kalender Jawa.


Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

57 hari lalu

Salah satu peserta saat mengikuti pembelajaran pawiyatan aksara Jawa di Kota Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

Pawiyatan aksara Jawa ini digelar serentak di 30 kampung mulai 20 Februari hingga 5 Maret 2024 di Kota Yogyakarta.


Gratis, Tour de Kotabaru Ajak Wisatawan Lari Santai Lintasi Heritage Yogyakarta Pekan Ini

19 Februari 2024

Lokasi Boulevard Kotabaru yang memanjang di tengah Jalan Suroto itu berada di kawasan heritage Kotabaru, Yogyakarta. Tempo/Pino Agustin Rudiana
Gratis, Tour de Kotabaru Ajak Wisatawan Lari Santai Lintasi Heritage Yogyakarta Pekan Ini

Kotabaru di masa silam merupakan permukiman premium Belanda yang dibangun Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono VII sekitar 1877-1921.