TEMPO.CO, Jakarta - Desainer Lenny Agustin memandang kuda lumping bukan semata permainan atau pertunjukan seni yang berasal dari Pulau Jawa. Kuda lumping telah mengilhami desainer ini, yang lantas menjadikannya sebagai tema rancangan dalam perhelatan Jakarta Fashion Week (JFW) 2017, 22-28 Oktober lalu, di Senayan City.
Selama ini, kata Lenny, orang mengenal kuda lumping sebagai kesenian tradisional yang menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Kuda yang digunakan terbuat dari bambu atau bahan lainnya yang dianyam dan dipotong, kemudian dihiasi dengan rambut tiruan yang digelung atau dikepang.
"Kuda lumping menjadi inspirasi saya. Saya menyajikannya melalui keunikan batik Kediri, yang biasanya bermotif kecil. Namun, untuk rancangan kali ini, saya buat ekstra besar," kata perancang berambut cepak ini, akhir Oktober lalu, di Senayan City.
Di tangan pengurus Indonesian Fashion Chamber itu, batik Kediri, yang awalnya cenderung bermotif konvensional, menjelma menjadi baru, segar, modern, dan mencuri perhatian. Dalam pertunjukannya, Lenny menyajikan suasana yang mirip pertunjukan seni kuda lumping.
Suara gemerincing terdengar dari setiap langkah panjang model di panggung catwalk. Aksesori berupa pecut dan alas kaki bertumit model tali berdetail pom-pom tak luput dari perhatian Lenny. Semua itu menjadi penanda dibukanya koleksi dress batik Kediri karyanya dalam JFW 2017.
Pemilik label Lenny Agustin, Lenny Agustin Bridal, Lennor, dan Waw ini menyajikan koleksi yang kental dengan ciri khasnya, yaitu suasana ceria melalui permainan warna fuschia (magenta), merah, biru muda, oranye, dan jingga. Lenny menyajikan 24 karya busana dalam koleksinya yang bertema "Jaranan" tersebut.
"Kuda lumping sebagai salah satu keunikan batik Kediri menarik perhatian saya. Secara keseluruhan, saya memakai bahan dasar gelap, seperti biru tua dan hitam," ujar desainer yang dikenal dengan rancangan funky ini.
Yang menarik, Lenny juga menghadirkan kuda lumping sebagai bagian dari hiasan dada yang bersambung dengan lengan baju atau justru menjadi rompi. Ia memadukan bahan katun dengan poliester, lalu denim berupa celana panjang, dress mini, rok jaket, atasan, dan rok lipit bergaya ceria.
Supaya dapat disesuaikan dengan siluet kuda lumping, Lenny menampilkan koleksinya dengan dominasi siluet A dan X. Dalam koleksinya kali ini, kerincing beserta rumbai-rumbai beraneka warna ditonjolkan demi memperkuat tema kuda lumping.
Selanjutnya, guna menyesuaikan dengan kontur badan pemakai koleksinya, sesekali Lenny mengubah gerakan badan si kuda lumping. "Tidak banyak yang konsisten mengangkat batik Kediri. Justru hal ini yang membuat saya tertarik. Apalagi warnanya cheerful alias saya banget," ujar dia, tertawa.
Lenny mengaku bersyukur bisa bekerja sama dengan seniman Kediri dan mengadakan pelatihan selama enam bulan di daerah tersebut. Dalam kurun tersebut, Lenny menggambar dan mendesain sendiri motif kuda lumpingnya. Total waktu yang dibutuhkan Lenny untuk mengerjakan desainnya adalah sebulan.
HADRIANI PUDJIARTI