TEMPO.CO, Jakarta -Cinta dan angka 30 memiliki makna penting bagi para perancang nasional. "Cinta itu sesuatu yang agung dan indah untuk kebersamaan. Angka 30 adalah perjalanan panjang bermakna Ikatan Perancang Mode Indonesia," kata Era Soekamto, perancang busana, di Senayan City, Jakarta Selatan, pekan lalu.
Era bersama rekan-rekannya di IPMI merayakan tiga dasawarsa berdirinya asosiasi itu. Ada Barli Asmara, Carmanita, Danny Satriadi, Denny Wirawan, Ghea Panggabean, Mel Ahyar, Sebastian Gunawan, Tuti Cholid, Widhi Budhimulia, Yogie Pratama, Yongki Budisutisna, Hian Tjen, Sutanto Danuwidjaja, Andreas Odang, Stella Rissa, dan Auguste Soesastro. "Ini tahun ke 30 IPMI menjadi bukti keberadaan kami di dunia mode Indonesia," kata Tri Handoko, Ketua Pelaksana IPMI.
IPMI Trend Show 2017 tersebut bertema 'Love'. "Memerlukan komitmen dan cinta yang besar untuk menjaga perhelatan fashion bisa rutin diadakan setiap tahunnya," kata Tri. Pagelaran mode tersebut diikuti 20 perancang. Acara ini berlangsung empat hari dengan rangkaian acara lain, seperti pop-up store, pemutaran film tentang, pameran foto, dan gelar wicara bersama Badan Ekonomi Kreatif.
Menurut Tri, tanpa cinta, mustahil acara tersebut terlaksana. Meski mencari hidup di pasar yang sama, dia melanjutkan, para anggota IPMI tidak bersaing, justru saling mendukung. "Trend Show menjadi wadah bagi kami untuk unjuk kreativitas, melihat tren dari para desainer tanpa harus terkekang tren dan popularitas," ujarnya.
Para perancang meminta modelnya berpose lebih lama di catwalk. "Tujuannya, mendekatkan cinta dari karya perancang kepada para tamu undangan supaya mereka bisa melihat dengan detail rancangan tersebut," kata Tri.
Ketua IPMI, Sjamsidar Isa, mengatakan, koleksi yang ditampilkan merupakan arahan tren menurut kacamata masing-masing desainer. Tujuannya, memberikan pilihan yang lebih variatif dalam berbusana. "Tren fashion bukanlah suatu pemaksaan. Di sini, kami memberikan sebuah acuan yang akan dikembalikan lagi kepada selera berbusana masing-masing individu," kata Sjamsidar, 70 tahun.
Perempuan yang biasa disapa Cami ini mengatakan tren memberikan pilihan dari suatu prediksi.
Pemaparan tren yang bisa dinikmati secara global, dia melanjutkan, adalah yang mengangkat kekayaan budaya Nusantara. "Hasilnya adalah gaya kekinian yang bersanding apik dengan unsur tradisional. Modern yang terserap dari inspirasi lokal," ujar dia.
Di panggung tersebut, perancang Barli Asmara menghadirkan koleksi hasil kolaborasinya dengan label All The Horse. Barli, 38 tahun, mengusung karyanya yang menajamkan siluet gotik. "Karya ini merupakan perwujudan wanita yang dinamis. Saya menyajikan dengan dibungkus kain-kain yang berat, kulit, renda, denim, dan berbagai aplikasi kancing," ujar perancang yang mulai berkarya pada 2002 itu. "Perempuan modern itu mampu menyeimbangkan kehidupannya, meski lembut dan feminin, tetapi berjiwa kuat dan tegas."
HADRIANI P.