TEMPO.CO, Jakarta – Kota Beijing berangsur lengang ditinggal mudik warganya ke kampung halaman atau liburan ke luar negeri untuk merayakan tahun baru Cina 2017 (Imlek). Ini mirip dengan Jakarta yang sepi sat ditinggal mudik Lebaran oleh warganya.
Sejak awal pekan ini, warga memadati sejumlah stasiun kereta api cepat dan Bandara Internasional Capital sejak dinihari.
Kepadatan semakin tampak di loket “check-in”, baik untuk penerbangan domestik maupun internasional. Antrean panjang juga terlihat menjelang loket keimigrasian.
Puncak mudik telah terjadi sejak Jumat, 20 Januari 2017. Selain bandara dan stasiun kereta api cepat, jalan tol yang menghubungkan Beijing ke beberapa daerah pun mulai padat oleh kendaraan pribadi.
Kementerian Transportasi Cina memperkirakan hingga Rabu, 25 Januari, atau pekan kedua dari 40 hari liburan Imlek, terdapat 80 juta perjalanan atau naik sekitar 3,1 persen pada periode yang sama secara tahunan.
Pemerintah setempat meminta seluruh kementerian dan departemen terkait, khususnya transportasi, mempersiapkan seluruh sistem dan layanan agar pemberian layanan selama perayaan tahun baru Cina benar-benar berjalan aman, lancar, dan tertib.
Otoritas setempat juga mengingatkan warga agar memperhatikan cuaca saat melakukan perjalanan, mengingat musim dingin masih menyelimuti sebagian wilayah Cina.
Kementerian Keamanan Publik juga menyiagakan personel di sejumlah stasiun kereta api, pelabuhan, bandara, dan beberapa ruas jalan antar-provinsi.
Biro Manajemen Lalu Lintas Kementerian Keamanan Publik akan memperketat pengawasan terhadap kendaraan dan pengemudi, terutama untuk memastikan pengemudi tidak lelah dan mabuk serta tidak membawa barang-barang yang membahayakan dan mengangkut penumpang melebihi kapasitas kendaraan.
Warga Cina menikmati masa liburan nasional selama sepekan, mulai 28 Januari hingga 2 Februari, untuk menyambut tahun baru Imlek.
Kebanyakan warga Cina merayakan Imlek dengan melakukan perjalanan ke kampung halaman untuk berkumpul bersama keluarga dan kerabat serta melakukan perjalanan wisata, baik di dalam maupun luar negeri. Namun ada pula yang memilih tetap bekerja selama liburan.
“Saya memilih tetap bekerja, agar bisa mengumpulkan uang lebih banyak,” ujar Zhouhi, 21 tahun, asal Jinan, Provinsi Shandong, terapis di sebuah salon kecantikan.
ANTARA