TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia Fashion Week (IFW) 2017 yang digelar di Jakarta Convention Center, sejak 1 Februari 2017, berakhir hari ini, 5 Februari 2017. Acara ini mengambil tema "Celebrations of Culture".
Ternyata banyak manfaat yang dapat diperoleh dari acara ini. Pengamat mode, Sonny Muchlison, mengatakan tema kearifan lokal ini adalah salah satu akses untuk menunjukkan jati diri atau karakter budaya Indonesia.
"Jadi, pemberdayaan kearifan lokal desainer Indonesia dan dianjurkan tidak meniru budaya internasional," kata Sonny kepada Tempo, Ahad, 5 Februari.
Menurut Sonny, kain-kain di Indonesia yang berasal dari 34 provinsi dapat dijadikan model busana atau fashion. "Sehingga, semuanya dari Indonesia termasuk sumber daya alamnya dan lebih individuality."
Selain itu, melalui acara ini juga dapat belajar bagaimana memberdayakan alam lokal. "Fashion week ini sesuatu cita-cita bakal memperkuat jati diri dan kreasi yang Indonesia," ujarnya.
Sonny mencontohkan, negara Cina dan India bisa berbisnis dengan cara mereka sendiri. "Dari sekian banyak negara, hanya Indonesia yang tertinggal karena lebih mencintai produk luar (negeri), seharusnya kita bisa mencintai produk lokal," kata Sonny.
Banyak masyarakat Indonesia yang menganggap budaya luar lebih modern daripada budayanya sendiri. "Sampai lagu ulang tahun saja dari luar. Belajar dari Jepang dan Korea yang mencintai budayanya sendiri dan gayanya sendiri," ujarnya.
Hal ini, menurut Sonny, juga sebagai bentuk menjaga dan melestarikan budaya sendiri. "Jangan kita merasa kecolongan karena budaya kita diambil negara lain, tapi kita sendiri tidak menjaga, menggunakan, dan melestarikan budaya kita."
Terakhir, Sonny menjelaskan, fashion week ini mengharapkan dimulainya energi desainer yang mencintai produk lokal. "Desainer yang memakai produk lokal dibilang desainer kelas dua dan tidak modern, padahal ini lebih modern dan lebih berkarakter," ujar Sonny.
AFRILIA SURYANIS