TEMPO.CO, Jakarta -Di Indonesia, Coworking Space ini sudah ada sejak 2011 di Jakarta, kemudian 2013 muncul di Bali, sampai 2014, baru ada 4- 5 coworking space.. Begitu disebutkan Presiden Perkumpulan Coworking Indonesia, Faye Alund. “Jumlah langsung meningkat drastis dari akhir 2014 sampai 2016, tahu-tahu sudah ada lebih dari 65 Space di Indonesia ini,” katanya pekan lalu saat dihubungi Tempo lewat pesan singkat.
Baca juga: Ini Kata Pakar Bahasa Tubuh Soal Penampilan Calon Gubernur
Baca Juga:
Pada 2016 -2017 ini, keberadaan coworking space ini juga tak hanya dibuka personal atau swasta, bahkan badan usaha milik negara pun membukanya. Bahkan ada yang langsung di 17 kota. Sayang, meskipun mewah pembuatannya, tapi masih belum fokus pada pengelolaan komunitas dan program ," ujar Faye.
Disebutkan juga bahwa kalau yang namanya Coworking Space , harus ada aspek Community, Connectivity dan Collaboration. Meskipun tempatnya sederhana, sebut saja balai pertemuan desa , kalau memang ada aspek komunitas, keterhubungan dan kolaborasi, maka baru disebut Coworking Space.
Jadi, lanjut perempuan asal Jakarta yang pindah ke Bali 2011, ini walau tempatnya menyenangkan, ada kursi, meja cantik, internet kencang, mesin kopi canggih, tapi jika tidak ada yang mengurus konten atau program untuk membuat komunitas? “That means you are still just a warnet,” katanya serius sambil melanjutkan bahwa coworking space bukan warnet. Coworking Space, itu perlu kerja keras untuk membangun komunitas dan give values ke anggota. Faye juga dikenal sebagai co-founder Kumpul Coworking Space di Sanur, Bali. (Baca: Mereka Sukses Tanpa Kantor! Begini Ceritanya)
Sebuah space berhasil bukan hanya jika sukses secara finansial, tapi komunitasnya thriving (hidup). Anggota atau membernya banyak, low turn over, dan member aktif jadi bagian komunitas, take and give (saling memberi dan menerima), dan kolaborasi ideal, berinovasi bersama, dan mengerjakan proyek bersama. “Coworking Space gives serendipity a push,” katanya.
“Aku yakin coworking space ini akan sukses di Indonesia. Kami juga sedang terus mencari bisnis modelnya yang pas untuk coworking space di Indonesia itu seperti apa,” katanya. Coworking space sendiri di negara barat, menjawab kebutuhan untuk menjadi bagian dari komunitas bagi masyarakat yang individualis. Kultur di Indonesia sangat komunal, jadi coworking space harus menjawab kebutuhan yang berbeda pula.
Namun ini masih dalam tahap asumsi. Karena itulah, Coworking Indonesia akan melakukan dengan riset, survey, data yang bisa menjadi fondasi testing untuk beberapa model bisnis.
Coworking Indonesia yang dipimpinnya, ini, juga terdiri dari dewan penasihat, pengawas dan pengurus inti (pimpinan, sekjen dan bendahara). Dan dibagi ke dalam 4 divisi yaitu Public Policy, Capital & Goverment Relations, Community Development (terutama untuk member dan pelaku coworking) , serta Program & Business Development. Pengurus Coworking Indonesia ini ada 24 orang dari 20 cowroking space dan tersebar di 8 kota.
Mei ini, rencananya akan digelar Coworkfest 2017 di Bandung, salah satu goalnya adalah meningkatkan awareness publik tentang gerakan coaworking space ke masyarakat., yakni cara kerja yang mengandalkan kolaborasi dan kekuatan kolektif komunitas.
SUSANDIJANI
Baca juga:
Kantor Asyik Tanpa Ribet Administrasi? Simak Rahasia Mereka