TEMPO.CO, Jakarta -Latar belakang penggunaan zat golongan amfetamin atau metamfetamin seperti sabu (atau sabu-sabu) dan ekstasi membuat kondisi rasa cemas menjadi lebih kompleks. Bahkan, saat sudah tidak menggunakan lagi. Begitu disebutkan Psikiater Klinik Psikosomatik Omni Hospitals, Alam Sutera dr.Andri,SpKJ,FAPM kepada Tempo, Minggu 26 Maret 2017.
Baca juga: Sabu, Efeknya Sampai Jauh! Simak Penjelasan Ahlinya
Disebutkan bahwa riwayat penggunaan ekstasi dan sabu-sabu biasanya membuat pasien lebih rentan mengalami gangguan cemas, bahkan depresi. Ini karena penggunaan obat terlarang tersebut menyebabkan terjadinya lonjakan zat kimia di otak (serotonin dan dopamin). “Gejala mirip gejala psikotik seperti ide-ide paranoid juga bisa muncul,” ujarnya.
Sosok yang juga punya pengalaman klinis selama berkecimpung menangani pasien-pasien gangguan kecemasan panik di tempat prakteknya, ini juga menyebutkan lonjakan yang terjadi akan membuat perubahan di sistem serotonin dan dopamin. “Sistem ini yang sebenarnya sangat erat kaitannya dengan terjadinya gangguan kecemasan,” katanya.
Pasien dengan gangguan kecemasan ini biasanya mengalami keluhan yang khas. Yaitu keluhan-keluhan fisik seperti jantung berdebar, sesak napas dan perasaan melayang. (Baca:Brainspotting, Terapi Ampuh Atasi Trauma)
Ketidakseimbangan sistem serotonin dan dopamin juga bisa membuat daya tahan mekanisme otak terhadap stres akan berkurang. Tragisnya, pada kondisi normalnya kembali, tidak lagi sama dengan ketika sebelum menggunakan stimulan. “Ini belum lagi jika banyak kondisi lingkungan dengan beban kerja yang berat dan penuh stres yang memicu ketidakseimbangan itu,” ujarnya.
SUSAN
Baca juga :
Betulkah Pisang Bisa Bikin Perut Buncit? Ini Faktanya
Sehatkah Makan Telur Setiap Hari?