TEMPO.CO, Jakarta - Tuntutan orang tua agar anak memperoleh nilai tinggi saat ujian berisiko mendorong anak berbuat apa pun, termasuk menyontek. Agar hal itu tak terjadi, psikolog Annelia Sari Sani menyarankan orang tua agar berusaha memahami kemampuan anak.
"Sebagai orang tua, harus realistis, kemampuan anak seperti apa," kata Annelia, psikolog dan pendiri Petak Pintar - Center for Learning Problem, kepada Antara akhir pekan lalu.
Annelia meminta para orang tua tidak mematok target melampaui kemampuan anak. Menurut dia, mematok target melampaui kemampuan anak bisa membuat anak tidak menikmati belajar dan tertekan saat menghadapi ujian.
Stres, kata Annelia, justru bisa menyebabkan sirkuit informasi, atau pelajaran yang sudah dikuasai, terblokir sehingga anak mendadak bisa lupa, dan jadi tidak bisa mengerjakan soal. "Ketika tenang, rileks, informasi tadi bisa menjadi rangkaian yang bermakna," kata Annelia.
Annelia menjelaskan, orang tua bisa memotivasi anak untuk meraih nilai terbaik. Namun, orang tua harus memiliki strategi. "Anak remaja seperti ini, kalau ingin memotivasi, orangtua harus strategi supaya kesadaran muncul dari diri sendiri, supaya tidak jadi tekanan," kata dia.
Orangtua, ia melanjutkan, bisa berdiskusi dengan anak mengenai pencapaian target belajar. Perlu diingat pula, sebaiknya target belajar muncul dari si anak.
Annelia menjelaskan pula bahwa anak-anak tidak akan menyontek bila orangtua sudah menanamkan nila-nilai baik dan menjadi teladan yang baik bagi anak-anak. Bila nilai-nilai tersebut sudah tertanam, anak-anak biasanya tidak akan menyontek walaupun menghadapi tekanan berat.
"Kalau anak melihat orangtua melakukan kecurangan, apa yang menghalangi mereka untuk tidak curang?" katanya.
ANTARA