TEMPO.CO, Jakarta - Dokter Spesialis Ongkologi Ginekologi Andrijono mengatakan salah satu penyebab tingginya insiden kanker serviks di Indonesia yakni masih banyak pernikahan dini. "Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2010, pernikahan di bawah usia 19 tahun mencapai 45 persen," kata Andrijono dalam diskusi media di Jakarta, 11 April 2017.
Kanker serviks merupakan kanker nomor dua terbanyak pada perempuan di Indonesia, setelah kanker payudara. Melalui skrining, kanker serviks ditemukan pada 1 dari 1.000 perempuan. Penyebab utama kanker serviks yakni infeksi HPV (Human Papilloma Virus).
Baca: Mengintai Wanita Seperti Kanker Payudara, Waspadai Kanker Serviks
Menurut Andrijono, program vaksinasi HPV di Jakarta yang dilakukan pada siswi kelas 5 sekolah dasar atau masih berusia 10 tahun, bukan tanpa alasan. "Kalau vaksinasi dilakukan saat lulus SMA, kita kecolongan. Bila diberikan di usia 10 tahun, anak sudah terlindungi sejak dini," ujarnya.
Selain itu, Andrijono melanjutkan, vaksinasi di usia muda menunjukkan efektifitas yang lebih baik. Data di Swedia menunjukkan, bila vaksinasi diberikan di usia kurang dari 17 tahun, maka efektifitasnya lebih dari 75 persen.
"Dan, pada usia 9-13 tahun, vaksin cukup diberikan dalam dua dosis atau dua kali suntikan (ketika kelas 5 dan 6), sedangkan di usia 14-45 tahun diberikan dalam 3 dosis," kata dia.
Andrijono menjelaskan, vaksin HPV berasal dari cangkang virus, bukan virus yang dilemahkan, sehingga tidak mungkin menyebabkan viremia (infeksi virus). "Jadi, vaksin ini melindungi dari kanker serviks sampai 70 persen. Karena 30 persennya lagi adalah antibodi".
Baca: Belajar dari Renita Sukardi, Kenali Kanker Payudara Sejak Dini
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta dokter Widyastuti, mengatakan, program vaksinasi HPV di Jakarta tahun lalu diberikan secara gratis. "Anggaran dari Kementerian Kesehatan, karena vaksinasi HPV dimasukkan ke program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) dan ini akan jadi vaksinasi nasional," kata Widyastuti.
Di Jakarta, Widyastuti menjelaskan vaksin HPV diberikan dua kali, yakni dosis pertama saat anak kelas 5 SD, dan dosis berikutnya di kelas 6. "Respon masyarakat sangat baik. Cakupan vaksinasi mencapai 92 persen, meski baru pertama kali dimulai," ujarnya.
AFRILIA SURYANIS