TEMPO.CO, Jakarta - Epilepsi merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan kejang berulang. Namun, jika anak mengalami kejang saat demam tinggi apakah disebut epilepsi?
Baca juga; Tak Semua Demam Harus Kejang
Dokter Spesialis Bedah Saraf Prof. Dr. Zainal Muttaqin, SpBS, PhD, mengatakan kejang yang terjadi saat anak demam bukanlah epilepsi. "Tapi, jika kejang saat demam itu terjadi berulang kali, kemungkinan 5 sampai 10 persen akan mengalami epilepsi," kata Zainal dalam Seminar Bedah Epilepsi di RSU Bunda, Menteng, Jakarta, Sabtu, 15 April 2017.
Konsultan Bedah Saraf dari Epilepsi Center RSU Bunda ini menjelaskan, jika anak mengalami kejang berulang saat demam, ada kemungkinan 5-10 persen atau 10 sampai 15 tahun kemudian muncul epilepsi. "Hal itu karena kejang saat demam yang terjadi secara berulang akan membuat kekurangan pasokan zat asam di daerah tertentu," ujarnya.
Baca juga: Jangan Panik Menghadapi Epilepsi
Menurut Zainal, kekurangan pasokan zat asam itu membuat kerusakan yang berakibat memunculkan epilepsi. "Epilepsi ini muncul d ikemudian hari atau beberapa tahun kemudian," kata dia.
Untuk itu, Zainal menyarankan, segera memeriksakan ke dokter, jika anak Anda mengalami kejang berulang. "Agar dapat diketahui apakah epilepsi atau tidak".
Pengobatan epilepsi pun tidak berakhir dengan obat-obatan. Ada pembedahan yang menjadi salah satu alternatif pengobatan epilepsi pada penyandang yang gejala kejangnya tidak dapat diatasi dengan obat-obatan. "Tidak ada batasan usia untuk melakukan pembedahan. Ada yang usia satu tahun menjalani pembedahan dan yang paling tua itu sekitar 50an tahun melakukan pembedahan," kata dia.
AFRILIA SURYANIS