TEMPO.CO, Jakarta -Pelaksanaan Jakarta Fashion and Food Festival (JFFF) 2017 yang berlangsung mulai 7 April hingga 7 Mei 2017 kembali berlangsung di Sumarecon Kelapa Gading. Acara yang memadukan fashion dan kuliner ini menghadirkan kreativitas dan inovasi para perancang Indonesia, dan pelaku serta usaha kecil menengah (UKM) di bidang kuliner.
Baca: Semangat Faria Dewi Djakaria Jadi Kartini Masa Kini di TNI AU
Musa Widyatmodjo menjadi bagian dari acara ini. Perancang senior ini menyajikan acara The Raden by Musa Widyatmodjo bertepatan dengan memperingati hari kelahiran Kartini. Dia mengusung tema The Raden pada Jumat, 21 April 2017 yang dia terjemahkan sebagai eksplorasi bebas dari kebaya putih yang menjadi ikon Kartini.
"Kartini itu simbol perjuangan dan pahlawan perempuan dengan segala yang dia lakukan. Saya terinspirasi dengan The Raden kalau diterjemahkan adalah simbol perjuangan perempuan Jawa yang terkukung atu terkurung dan ingin membuktikan eksistensi melalui perjuangannya. Kemudian melahirkan semangat tak hanya perjuangan dalam hal emansipasi tetapi juga eksistensi diri," kata Musa yang ditemui Jumat, 21 April 2017 di Hotel Hariss Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Perancang berkulit putih dan bertubuh tinggi besar ini juga menyajikan peragaannya memotret sisi kehidupan Kartini yang dikelilingi berbagai peraturan tata krama Ningrat jawa dan intimidasi kaum pria. Dengan cerdas dan elegan Musa menghadirkan unsur gaya busana beskap pria Ningrat Jawa serta dipadukan dengan elemen-elemn gaya army atau militer yang sarat dan dekat sebagai simbol-simbol keuasaan melalui penerapan aksen pelengkap dekoratif.
Baca Juga:
"Saya menghadirkan kebaya dalam modernisasi berupa perpaduan dengan kebaya. Ada kebaya panjang Kartini, kebaya tanpa lengan, kebaya seperi long coat, lalu kebaya klasik yang bisa dipadukan dengan kain atau jarik, lalu dikenakan sebagai busana kantor, dengan roks, celana pendek, bahan jins," ungkap Musa panjang lebar.
Baca:JEC Ajak Wanita Cek Mata di Hari Kartini, Begini Tahapannya
Tampaknya malam itu Musa memang ingin menyajikan sebuah evolusi gaya hidup para raden menuju era modernisasi yang mengglobal.
Untuk koleksinya malam Musa menyajikan 18 busana untuk wanita dan 30 busana pria. Menurutnya dalam peragaan kali ini, dia menyajikan perjuangan Kartini menjadi sesuatu yang modernisasi tanpa mengabaikan tradisi yang bercitarasa tinggi.
"Saya tidak menghadirkan busana adat, karena kalau yang ini sangat sakral, pakemnnya lekat dan baku tidak bisa diutak atik. Tetapi pada kebaya Kartini saya menyajikan dari sisi tradisi berevolusi menjadi sebuah modernisasi," ujar Musa.
Dia menyebutkan pada peragaan malam ini kebaya brokat panjang masih diasajikan dengan tradisi menggunakan korset, longtorso tetapi masih bisa dipadukan di era kekinian atau modernisasi dengan jaket, jas dan celana.
"Siapa bilang etnik kuno? Di sini justru saya bermain-main dengan eksplorasi sebagai evolusi kebaya kartini yang sarat tradisi menjadi sesuatu yang modern," ujar dia.
HADRIANI P.
Baca Juga:
Selalu Ucapkan Terima Kasih ke Pasangan, Efeknya Luar Biasa
Julia Roberts Jadi Perempuan Paling Cantik 2017, Ini Rahasianya